Peringatan HUT Ke-270 DIY, Wujudkan Yogya Smart Region Adaptif Berdaya Saing

By Admin


nusakini.com, - Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo dan Wakil Wali Kota Yogyakarta, menghadiri peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-270 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan tema "Jogja Tumata Tuwuh Ngrembaka" di Stadion Mandala Krida, Kamis (13/3). Tema ini menjadi landasan dalam membangun kota yang lebih tertata, tumbuh, dan berkembang demi kesejahteraan masyarakat.

Menurut Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, tema tersebut mengandung makna filosofis yang mendalam. Ia menjelaskan bahwa Tumoto mencerminkan kedisiplinan dan keteraturan dalam menjaga kebersihan, kerapihan, dan keindahan kota.

“Di Kota Yogyakarta, Tumoto dapat dimaknai sebagai keadaan yang resik (bersih), rapi, dan indah. Namun, di balik itu ada filosofi tinggi, tidak ada satu Tumoto tanpa adanya kedisiplinan dan ketertiban. Saya mengambil hikmah dari konsep ini seperti dan berharap warga kota, khususnya di Yogyakarta, memahami bahwa Tumoto menuntut kedisiplinan yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Hasto ditemui setelah upacara peringatan di Stadion Mandala Krida pada Kamis (13/3).

Lebih lanjut, Hasto juga menyoroti pentingnya Tuwuh atau pertumbuhan, terutama dalam aspek ekonomi. Ia menyebut bahwa Yogyakarta memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tingkat nasional dan hal ini harus terus dipertahankan sebagai upaya mengentaskan kemiskinan.

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengikuti upacara peringatan HUT ke-270 DIY

"Pertumbuhan ekonomi menjadi kunci utama dalam mengurangi angka kemiskinan. Namun, pertumbuhan ini harus merata agar seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Tidak hanya tumbuh sendiri, tetapi tumbuh bersama dan merata," tegasnya.

Konsep ketiga, Ngrembaka, menggambarkan perkembangan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi banyak orang. Hasto mengibaratkan Ngrembaka seperti pohon yang tumbuh rimbun, mampu memberikan keteduhan serta manfaat bagi sekitarnya.

"Ngrembaka ini berarti tidak hanya tumbuh dan berkembang untuk diri sendiri, tetapi juga bisa mengayomi, melindungi, dan berbagi manfaat dengan banyak orang. Kota Yogyakarta harus menjadi tempat yang tidak hanya 'hangabehi' (memberi kesejahteraan), tetapi juga 'hangayomi' (melindungi dan menaungi) seluruh warganya," jelasnya.

Dengan mengusung tema "Jogja Tumata Tuwuh Ngrembaka", Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo berharap masyarakat Yogyakarta semakin memahami dan mengamalkan nilai-nilai kedisiplinan, pertumbuhan yang berkeadilan, serta perkembangan yang membawa manfaat luas bagi semua.

Dalam pidatonya, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan pentingnya refleksi sejarah sekaligus inovasi untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai Smart Region yang adaptif dan berdaya saing di era digital. Pihaknya mengajak masyarakat untuk menjadikan peringatan ini sebagai momen introspeksi terhadap perjalanan panjang DIY sejak berdiri pada 13 Maret 1755.

Dalam era digital saat ini, Sri Sultan menyoroti pentingnya tata kelola yang presisi berbasis data-driven governance. DIY, menurutnya, harus bertransformasi menjadi Smart Region yang memadukan kebijakan publik, budaya, serta partisipasi masyarakat dalam menciptakan sistem yang transparan dan adaptif.

“Pertumbuhan harus dimaknai lebih dari sekedar statistik ekonomi Jogjakarta harus berkembang dengan ketangkasan mengintegrasikan ekonomi kreatif industri digital dan Urban Innovation sebagai penggerak utamal,” ujarnya.

Sri Sultan HB X menegaskan bahwa pembangunan di Yogyakarta tidak boleh hanya berfokus pada aspek fisik, tetapi juga harus menciptakan ekosistem sosial yang berkelanjutan dan inklusif.

 "Bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga tentang penciptaan ekosistem sosial yang berkelanjutan. Yogyakarta harus menjadi daerah yang memberdayakan warganya, membuka peluang bagi kewirausahaan (entrepreneurship), serta membangun daya saing yang tangguh di tingkat nasional maupun global," tutur Sri Sultan.

Pihaknya juga menekankan bahwa Yogyakarta harus menjadi contoh dalam membangun daerah yang tidak hanya tangguh (resilient), tetapi juga menjunjung tinggi inklusivitas. Yogyakarta harus bertransformasi menjadi pusat inovasi budaya dan teknologi seperti smart cities di berbagai belahan dunia. Dengan mengintegrasikan nilai tradisi dan modernitas, DIY diharapkan mampu menciptakan model tata kelola yang visioner, progresif, dan berkelanjutan.

"Yogyakarta yang resilient adalah Yogyakarta yang memastikan bahwa kemajuan tidak bersifat elitis, tetapi menjadi bagian dari kesejahteraan universal," jelasnya. (*)