Menaker: Atasi Kesenjangan Ketrampilan Dengan Masifikasi Pelatihan Vokasi

By Admin

nusakini.com--Salah satu penyebab utama dari kesenjangan sosial di pelbagai negara adalah kesenjangan skill (ketrampilan). Oleh karena itu. dibutuhkan sinergitas aktif antara pemerintah, dunia usaha, dan mitra sosial untuk mengatasi kesenjangan keterampilan, sehingga menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 

Demikian disampaikan Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri saat tampil sebagai pembicara kunci dalam konferensi internasional ‘Transformation in Work: Creating Job Rich Economies in The 21st Century’ yang digelar JustJob Network di Berlin, Jerman (Selasa, 18/10) waktu setempat. Selain Menteri Hanif, hadir beberapa pembicara internasional antara lain dari Jerman, Afrika Selatan, Myanmar dan Brazil. 

Pada kesempatan tersebut, Menaker Hanif mengatakan, selama ini di berbagai negara terjadi kesenjangan ketrampilan. Hal itu ditandai oleh situasi demografis dimana sekelompok kecil orang dengan ketrampilan tinggi bekerja di sektor formal dengan upah yang baik atau bahkan tinggi. Sementara itu, sebagian besar orang dengan ketrampilan rendah atau bahkan tidak memiliki ketrampilan bekerja di sektor informal atau industri padat karya dengan upah yang relatif rendah. 

Jika kondisi demikian dibiarkan, maka akan menciptakan struktur pasar kerja yang timpang. Industri bergerak semakin modern dengan tuntutan pekerjaan yang lebih berkemampuan tinggi, sementara pasar tenaga kerja dipenuhi oleh angkatan kerja dengan pendidikan yang terbatas atau rendah. Ekonomi akan terus bergerak, tetapi kesenjangan juga akan tetap melebar. 

"Situasi semacam itu hanya bisa ditembus dengan masifikasi pelatihan kerja (vocational training). Pelatihan vokasi bisa menembus keterbatasan pendidikan formal dan keterbatasan usia. Pelatihan vokasi juga harus mampu mengimbangi perkembangan industri modern yang cepat berubah akibat teknologi", Menaker Hanif dalam keterangan pers Biro Humas Kemnaker pada Rabu (19/10). 

Dalam kesempatan ini, Menteri Hanif juga mengajak partisipasi dari negara-negara industri maju untuk membantu negara-negara dengan angkatan kerja terdidik yang relatif rendah agar dapat melakukan percepatan pengembangan ketrampilan atau kompetensi. 

  Hanif juga meminta kepada negara-negara dunia, untuk mendorong pembentukan sistem informasi pasar kerja yang aktif dan kongkrit sehingga memudahkan penyiapan input SDM yang sesuai kebutuhan pasar dan industri. Menurutnya, hal ini menuntut tukar menukar informasi pasar kerja antar negara menjadi tak terelakkan. 

“Indonesia mengalami cukup kemajuan dalam pengembangan ketrampilan dan informasi pasar kerja. Tetapi harus saya akui, Indonesia butuh skills developmentyang lebih cepat dari sisi proses, lebih massif dari sisi jumlah, dan lebih match serta kompetitif dari sisi kualitas hasil,” kata Hanif 

“Kami memerlukan bantuan dunia untuk itu, terutama negara dengan pengalaman vokasi terbaik seperti Jerman, negara-negara Skandinavia dan negara lainnya untuk mendukung pengembangan ketrampilan dan informasi pasar kerja”, kata Hanif.

Tak hanya itu, Menteri Hanif juga menegaskan pentingnya mendorong dunia industri berperan aktif dalam pelatihan kerja dan pemagangan untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja akan tenaga kerja trampil, serta dalam rangka mengantisipasi perubahan karakter pekerjaan di masa mendatang. 

“Pemerintah pun terus mendorong partisipasi aktif dari kalangan swasta dan pemerintah daerah untuk berinventasi dan bekerja sama mengembangkan pelatihan kerja yang dilakukan Balai-balai Latihan Kerja agar tercipta peningkatan kualitas pelatihan kerja peningkatan kualitas tenaga kerja,” kata Hanif.(p/ab)