Lagi, Menaker Hanif Bicara Pentingnya Kompetensi

By Admin

nusakini.com--Menteri Ketenagkerjaan RI, M. Hanif Dhakiri tak pernah berhenti bicara tentang pentingnya kompetensi untuk memenangkan persaingan global. Pasalnya, tak bisa dipungkiri lagi, di era ini, setiap anak bangsa dituntut secara alami oleh dunia internasional untuk terus meningkatkan kemampuan. 

Kompetensi tenaga kerja dan sertifikasi ketenagakerjaan merupakan solusi sebagai upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Selanjutnya, produktivitas tenaga kerja merupakan variabel kunci untuk memenangkan persaingan antar individu, antar industri, antar sektor, antar daerah, dan antar negara. 

Merespon pernyataan tersebut, Praktisi pendidikan Syahrial Yusuf mengatakan bahwa lemahnya kompetensi tenaga kerja Indonesia merupakan persoalan serius yang mendesak dan perlu dibenahi. 

Menurut pendiri Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3i), Syahrial Yusuf, salah satunya solusi adalah melalui akselerasi penerapan sertifikasi ketenagakerjaan. 

"Lewat sertifikasi dan uji kompetensi ini dapat menjadikan pekerja lebih fokus dan memiliki bukti keahlian tertentu, apalagi kita sudah memasuki era global. Ini sangat penting untuk diterapakan. Kami siap memberikan kajian kami kepada Menteri Pendidikan," ujar Syahrial di Jakarta, Selasa (17/10). 

“Kami khawatir bahwa kampus hanya akan memproduksi pengangguran intelektual. Untuk menuntaskan masalah ini, kami menerapkan sistem pedidikan yang nantinya bisa langsung diterapkan oleh mahasiswa jika sudah tamat. Namanya Link and Match, jika dia passionnya di bidang A, kami akan bantu kerucutkan, jadi langsung bisa aplikasikan ilmunya," papar nya. 

Syahrial cukup kaget bila peringkat daya saing global Indonesia pada tahun 2016 anjlok 4 level menjadi peringkat 41 ketimbang tahun sebelumnya yang mencapai peringkat ke-37 dan ironisnya lagi skornya sebesar 4.52 pun masih tak beranjak alias stagnan. 

“Memang pemerintah telah banyak lakukan reformasi, hanya saja ada yang belum disentuh. Harusnya pemerintah memberi fokus lebih untuk alokasi perhatian soal kompetensi tenaga kerja. Apalah arti industri bila SDM kurang mempuni, ini bisa sebabkan kurangnya produktivitas,” ungkapnya. 

Salah satu faktor penyebab terbesar dinilai Syahrial bersumber pada rendahnya kompetensi tenaga kerja Indonesia. Tak cukup itu saja, fakta juga menunjukkan masih besarnya ketimpangan keahlian pekerja dengan industri kerja yang tak sesuai atau dengan kata lain lulusan perguruan tinggi. (p/ab)