Kembangkan SDM Pariwisata Lombok, Kemnaker Lanjutkan Kerjasama Dengan GIZ

By Admin

nusakini.com--Kerjasama bilateral antara Pemerintah Indonesia dan organisasi kerjasama internasional milik pemerintah Jerman (GIZ) dalam pengembangan pelatihan vokasional melalui program Sustainable Economic Development Tehnical Vocational Education Training (SED-TVET) telah berjalan selama 6,5 tahun dan akan berakhir pada bulan Juni 2017. 

Melalui program SED-TVET Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah dipasok peralatan pelatihan dengan teknologi terkini dan beberapa staf ahli untuk mengembangkan program pelatihan kerja di Balai-balai Latihan Kerja.

Kedepan, GIZ akan melanjutkan kerjasama di bidang pariwisata berkelanjutan. Adapun Lombok, NTT, dibidik untuk dikembangkan bersama dalam program baru Innovation and Investment for Inclusive Sustainable Economic Development (ISED). 

Kerjasama bilateral ini diharapkan dapat menyelaraskan antara kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan sektor pariwisata Lombok dengan luaran pendidikan. Pelatihan kerja diadakan di BLK Lombok agar SDM lokal bisa terserap dan memiliki kualifikasi yang dibutuhkan oleh Industri Pariwisata Lombok.  

“Kita masih menghadapi adanya gap antara kebutuhan pasar kerja dengan luaran pendidikan, sedangkan disisi lain kita sangat mengharapkan luaran institusi pendidikan dapat langsung diserap oleh pasar kerja, khususnya pendidikan tinggi,’ ungkap Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri dalam kuliah umum yang disampaikan di Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum (UNIPDU), Jombang , Jawa Timur.

Sementara itu, Stefan erber, Direktur Program SED-TVET GIZ, mengungkapkan bahwa potensi Lombok sebagai tujuan wisata sangat luar biasa, sangat disayangkan kalau SDM lokal tidak diberdayakan dan terserap dalam industri pariwisata Lombok.  

“Kerjasama GIZ dan Pemerintah Indonesia, khususnya Kemnaker, dalam mengembangkan SDM lokal Lombok dapat terjalin. Kita akan melihat dulu kebutuhan dunia Industri Pariwisata Lombok, sehingga penyiapan SDM dapat link and Match dan langsung terserap,” kata Stefen. 

Sebagaimana diketahui bahwa sebagai negara yang surplus tenaga kerja, kondisi pasar kerja kita saat ini sangat diwarnai tenaga kerja yang berpendidikan rendah, yaitu sebesar 49,97 juta orang, dan didominasi tenaga kerja yang bekerja di lapangan kerja sektor informal, yaitu sebesar 68,20 juta orang. (sumber : Badan Pusar Statistik (BPS) Periode Agustus 2016). 

Tidak dapat dipungkiri bahwa institusi pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah dan tinggi merupakan sisi supplay penghasil tenaga kerja, yang selanjutnya akan memasuki pasar kerja. Berdasarkan data dari Kemenristekdikti, per 1 Maret 2017 jumlah perguruan tinggi umum diseluruh Indonesia sebanyak 3.253 dan perguruan tinggi agama sebanyak 1.065.  

Tingginya jumlah perguruan tinggi tersebut tidak diimbangi dengan lulusan/luaran tenaga kerja berbagai tingkatan pendidikan tinggi yang siap masuk ke pasar kerja yang pada kenyataannya belum didukung dengan kemampuan/kompetensi untuk masuk ke pasar kerja.  

Kondisi ini mengisyaratkan bahwa pendidikan tinggi belum merupakan jaminan terhadap keberterimaan di pasar kerja, baik diakibatkan karena adanya gap kompetensi maupun ketidaksesuaian dengan kebutuhan pasar kerja. Untuk itu setiap perguruan tinggi perlu melakukan pembenahan terhadap program studi dan kurikulum untuk menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing dan kemampuan atau kompetensi, apalagi dalam menghadapi kompetisi di era global. 

Karenanya, kerjasama antara Kemnaker dan GIZ dapat menjadi sebuah jalan keluar untuk meniadakan gap kompetensi maupun ketidaksesuaian dengan kebutuhan pasar kerja, terutama dalam industri pariwisata di Lombok. Pengembangan pelatihan vokasional di BLK Lombok merupakan prioritas utama kerjasama ini dalam memberdayakan SDM lokal agar dapat berkontribusi dalam dunia Industri pariwisata Lombok. (p/ab)