Catatan Sepakbola M. Nigara: Jangan Kembali ke Masa Silam

By Abdi Satria


PRILAKU pemain liga sepakbola kita, tampaknya seperti kembali hendak ke masa silam. Masa di mana hukuman tidak ditakuti. Hukuman bisa dikalkulasi dengan kepentingan.

Alibatnya, siapapun bisa berprilaku yang brutal. Mereka tak tagu menyerang wasit dan perangkat pertandingan lainnya. Apa pun kesalahannya, menyerang dakam bentuk apa pun, tidak dibenarkan.

Dulu, mantan ketua Komisi Wasit PSSI, di era Pak Kardono, Ketum PSSI, ya sekitar 1986an. Namanya Syamsuddin Hadade, seorang sarjana. Orang yang sangat dekat dengan saya dan teman-teman wartawan, berkisah:

"Begitu ngerinya memimpin di masa itu, " katanya. "Saya sempat terpaksa harus membawa badik saat memimpin," lanjutnya.

"Bukan, bukan untuk melukai orang. Tapi hanya untuk berjaga- jaga saja!" katanya lagi.

Menurut Bang Syam, jika ia diserang, maka ia akan mencabut badik itu. "Jangan kau pukul, tapi, ini.. badik, kau tikam saja aku!" begitu tukas sosok yang semasa bergaul dengan saya dan teman-teman wartawan tak pernah tinggal shalat dan puasa.

Kisah wasit diperlakukan secara tidak beradab oleh siapa pun, harus segera dihentikan. Pelakunya, siapa pun dia, wajib ditindak dengan keras dan tegas. 

Sebaliknya, para wasit yang saat bertugas seperti mewakili Tuhan, sama seperti hakim pengadilan: wajib menjalankan tugas dengan baik. 

Azas Adil dan bijak harus jadi landasan. Berpegang pada peraturan yang berlaku bukan dengan perasaan yang tertentu. Berpedoman pada regulasi bukan pada titipan relasi.

Dalam memimpin, benar saja bisa disalahkan, apa lagi yang jelas-jelas salah. Selalu ingat, puluhan bahkan ratusan ribu pasang mata selalu mengawasi. Dan terpenting ada Tuhan yang pasti tahu apa dan bagaimana niat kita. Dan, semua harus kita pertanggung jawabkan kelak. 

Ayoo, kita koreksi diri, ada apakah geranfab dalam sepakbola kita? Ayoo kita temukan akar permasalahan sesungguhnya. Jangan biarkan kebrutalan kembali mewarnai sepakbola kita.

Sabtu, 4 Desember 2021