Ubah Perilaku Buruk Warga Akat Asmat, Begini Strategi Kemenkes

By Admin


nusakini.com - Jakarta - Strategi pemicuan yang dilakukan oleh tim Flying Health Care (FHC) gelombang IV Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah berhasil mengubah perilaku buruk masyarakat Kampung Ayam, Distrik Akat, Kabupaten Asmat, Papua. Pasalnya, sebelum pemicuan sebagian besar warga di sana terbiasa buang air besar sembarangan (BABS).

Keberadaan tim FHC IV dengan strategi pemicuan sangat membantu masyarakat dalam mengubah perilakunya. Masyarakat sudah tidak mau lagi BABS karena merasa jijik, dan malu, apalagi sampai dilihat orang lain.

Bahkan mereka sudah paham bagaimana alur kuman dari kotoran mereka sampai ke mulut mereka sendiri hingga menyebabkan berbagai penyakit. Akhirnya, seluruh warga berkomitmen untuk tidak lagi BABS, dan pada Rabu (14/3) telah dilakukan deklarasi Stop BABS di kantor Kampung Ayam. Disaksikan oleh tim FHC Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Pemerintah daerah, Dharmawanita, TNI, Polri, ketua adat, kepala kampung, dan tokoh agama serta tokoh masyarakat Kabupaten Asmat.

Kepala Puskesmas melalui petugas kesehatan yang keliling, serta kepala kampung berjanji memonitoring terus perilaku masyarakat. Bahkan salah satu tim FHC, Eza Yulia Pearlovie menekankan kepala kampung jangan sampai Kampung Ayam terekspos media karena kembali berperilaku BABS.

Eza mengaku saat pertama datang ke Kampung Ayam, tepatnya sebelum dilakukan pemicuan, masyarakat sudah terbiasa BABS, di semak-semak, dan di kali. Dari 589 warga kampung Ayam, hanya sebagian kecil warga yang BAB di wc, itu pun tidak diiringi dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

“Ada juga satu, dua orang yang pakai wc umum, tapi selalu ribut. Karena orang yang pertama pakai wc umum, setelah dipake gak dibersihin. Jadi orang yang pakai berikutnya jadi ribut,” ungkap Eza di Jakarta, Senin (19/3/2018).

Lantas, Eza bersama rekan satu tim nya berusaha mengubah perilaku itu melalui pemicuan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang fokus utamanya pada stop BABS. Hasilnya seluruh masyarakat menerima pemicuan itu tanpa ada penolakan sedikit pun.

“Mereka merasa sangat senang punya wc sendiri sekarang. Mereka bilang, dulu tidak ada yang mendampingi kami, memberitahukan seperti ini. Hanya datang sebentar, nyuruh, lalu pergi. Mereka sebenarnya ingin berubah, tapi gak tahu caranya. Gak ada juga yang menggiatkan mereka untuk bergerak,” kata eza.

Perubahan perilaku masyarakat itu diharapkan terjadi selamanya dan meluas ke seluruh Papau, dan upaya seperti ini bisa dilanjutan oleh tim FHC gelombang berikutnya. (p/ma)