Perjalanan panjang harus dilalui Zaenal Ma'arif hingga akhirnya mampu 'mendekati' impiannya untuk mengabdikan diri kepada bangsa dan negara. Pria yang awalnya berprofesi sebagai pengacara ini sejatinya bercita-cita menjadi pemimpin bangsa dan menduduki kursi Presiden. Walau jabatan orang nomor satu di Indonesia ini belum berhasil disandangnya, tak berarti Zaenal menyerah begitu saja. Jabatan terakhirnya, Wakil Ketua DPR-RI periode 2004-2009 membawanya lebih dekat ke impian yang selama ini diidam-idamkannya.
Zaenal kecil sudah cenderung tertarik dengan dunia politik. Dukungan dari sekitarnya, terutama keluarga, membuat pria Jawa ini begitu tertarik dengan segala hal yang berbau politik. Bersama kakak dan pamannya, Zaenal kerap berdiskusi mengenai berbagai masalah politik yang ditemui sehari-hari.
Ketertarikannya pada dunia politik tak berhenti hingga Zaenal beranjak dewasa. Bahkan sebelum mengenyam bangku kuliah di Universitas Gajahmada, ayah dua putra ini sudah banyak berkecimpung di berbagai organisasi luar kampus yang bergerak di bidang politik, seperti HMI, GMM dan GPM. Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan pemuda Muhammadiyah juga menarik perhatiannya untuk turut bergabung selama masa perkuliahan.
Mungkin tak banyak yang mengenal nama Zaenal kala dirinya berprofesi sebagai pengacara, pekerjaan pertamanya setelah menyelesaikan masa studinya di bidang hukum. Profesi inipun tak lama ditekuninya, karena pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua PANWAS PEMILU ini beralih ke bidang pendidikan.
Saat masih menjadi pengacara, alumni Universitas Gajah Mada dan Universitas Muhammmadiyah Surakarta ini sempat mendapat protes keras dari sang ibunda yang lebih menyukai karirnya di bidang pendidikan. Karir sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Surakarta pun ditekuni pria yang terkenal patuh pada sang ibunda ini sejak 1984. Tak lama, sang mantan pengacara ditugaskan untuk menempati jabatan Sekretaris Rektor sampai 1992.
Pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD II Surakarta sepanjang tahun 1997-1999 ini dianggap cukup memahami kondisi rakyat di daerah yang diwakilinya, tak hanya karena dedikasinya di bidang politik, namun juga karena karir politik yang dibangunnya dari nol. Terbukti, keaktifannya di beberapa organisasi pemuda tak membuatnya lekas puas. Zaenal bergabung dengan Pemuda Peduli Umat Islam, yang membuatnya kian fokus pada dunia politik yang dicintainya sejak masih kanak-kanak. Tercatat, namanya makin bersinar di dunia politik sejak 1993 sejak menduduki tiga posisi penting di DPC PPP Solo, yakni ketua Biro Hukum, sekretaris DPC PPP Solo, dan wakil DPW PPP Jawa Tengah secara berturut-turut. Hal inilah yang membuatnya makin tancap gas mendalami dunia politik secara serius.
Karir profesionalnya di dunia politik dimulai di tingkat kota, sebagai anggota DPRD Solo dan menjabat Wakil Ketua DPRD Solo setelah menjalani Pemilu 1997. Sayangnya, langkahnya harus terhenti di tingkat daerah, karena Zaenal gagal menduduki kursi legislatif tingkat Jawa Tengah.
Pengalaman politik suami Rohanah ini makin kaya saat dirinya memutuskan untuk melompat dan berkarir bersama partai lain. Bersama beberapa kawan di tahun 2003, Zaenal berani menentang kepemimpinan Hamzah Haz ketika mulai terjadi perpecahan di tubuh partai yang khas dengan warna hijau tersebut. Tak lama, Zaenal turut serta dalam mendirikan PBR (Partai Bintang Reformasi) pimpinan Zainuddin MZ.
Keputusannya untuk berkubu pada PBR terbukti membawa keuntungan. Zaenal diminta untuk mewakili daerah pemilihan Sumatra Utara I pada Pemilu 2004. Tak lama, pria kelahiran tahun 1955 inipun diboyong Partai Bintang Reformasi ke Senayan, untuk menduduki kursi anggota DPR periode 2004-2009.
Karirnya di gedung DPR makin cemerlang ketika pria yang memiliki hubungan cukup akrab dengan pers ini dicalonkan sebagai Wakil Ketua DPR RI. Akhirnya, pada Sidang Umum 2004, pria yang gemar memelihara burung ini resmi dikukuhkan sebagai Wakil Ketua DPR RI dengan persetujuan Zainuddin MZ, Megawati Soekarno Putri, Akbar Tandjung dan Ruyandi Hutasoit.