Wawan H. Purwanto adalah seorang peneliti dan pengamat intelijen yang banyak berbicara tentang perkembangan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Sebagai peneliti masalah-masalah intelijen, ia kerap dimintai komentar mengenai berbagai isu strategis yang tengah mengemuka. Dalam setiap komentarnya, Wawan seringkali menghubungkan isu-isu tersebut dengan wawasan kebangsaan yang semakin terancam sirna. Oleh karena itu, ia pun mendapat julukan sebagai pengamat intelijen perekat wawasan kebangsaan.
Awal mula Pria kelahiran Kudus, 10 November 1965 ini menjadi pengamat intelijen adalah ketika ia diminta mengadakan riset oleh sebuah departemen yang banyak bersinggungan dengan masalah-masalah pertahanan dan keamanan negara. Permintaan untuk mengadakan penelitian terus berlanjut dan menghasilkan temuan-temuan yang mencengangkan. Namun, tidak semua dari hasil penelitian Wawan bisa diungkapkan kepada masyarakat luas. Hanya sebagian kecil informasi intelijen saja yang bisa disampaikan di depan publik. Wawan pun kemudian menjadi narasumber di banyak seminar dan memenuhi permintaan wawancara dari berbagai media massa baik nasional maupun internasional. Ia juga menuliskan hasil temuannya ke dalam artikel yang kemudian dimuat dalam berbagai media cetak di dalam maupun luar negeri. Jumlah artikel yang ia tulis sudah mencapai lebih dari 500 artikel. Selain itu, ia pun membeberkan hasil penelitiannya melalui sejumlah buku dan VCD yang berisi presentasi riset intelijennya di berbagai forum.
Dari berbagai temuannya, Wawan pernah mengungkapkan bahwa tujuan Amerika Serikat menawarkan bantuan mengamankan Selat Malaka dari ancaman perompak secara suka rela adalah untuk mengamankan kepentingan ekonominya semata yang sedang terguncang oleh melonjaknya harga minyak dunia dan lilitan utang sebesar US$ 7 triliun. Menurut perhitungan Wawan, negara adidaya tersebut memiliki nilai perdagangan tahunan senilai US$ 3 triliun yang melalui Malaka. Ia juga pernah menyatakan bahwa ada jaringan Inggris dan Amerika yang mendukung kemerdekaan wilayah-wilayah Republik Indonesia. Ia menyebutkan adanya kekuatan lain yang ingin mengacak-acak negara ini dengan menciptakan Balkanisasi dan mengadu domba Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya.
Nama Wawan mulai sangat terkenal sebagai pengamat intelijen pasca ledakan bom Bali 12 Oktober 2012. Ketika itu ia banyak diminta berbicara tentang ancaman bom di berbagai forum. Saat itu sesungguhnya Wawan sudah mengingatkan bom masih akan terus meledak, sebab akar persoalannya adalah kita telah berganti sistem pertahanan setelah pencabutan UU Anti Subversif.