Usman Ja'far merupakan mantan gubernur Kalimantan Barat yang menjabat pada periode 2003-2008. Sebelum menjadi seorang gubernur, ia adalah pengusaha bisnis retail yang benar-benar membangun nama dari bawah. Berkat dedikasinya yang tinggi terhadap bidang yang digelutinya, ia pun berhasil berada di puncak karir bisnisnya dan memimpin 12 perusahaan terkemuka milik Abdul Latief. Usman Ja'far pun dijuluki sebagai tetua bisnis eceran di Indonesia. Keberhasilan yang dikembangkannya di Jakarta tercium harum sampai ke kampung halamannya di Kalimantan Barat.
Kesuksesan tidak membuatnya lupa diri. Ia tetap menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat di daerah asalnya. Hal ini membuatnya terpilih menjadi menjadi anggota DPRD Kalimantan Barat sebelum akhirnya terpilih menjadi Gubernur Kalimantan Barat periode 2003-2008. Saat ia memimpin daerah Kalimantan Barat, LH Kadir selaku wakil gubernur senantiasa membantunya.
Kegigihannya ini ia tiru dari sosok Djafar, ayahnya dalam bekerja memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ia tergolong berasal dari keluarga yang sederhana dan pas-pasan serta menggantungkan hidup pada hasil pertanian. Meskipun begitu, masyarakat memandang keluarganya sebagai keluarga yang bersahaja karena dalam menghadapi kesulitan hidup yang tak menentu mereka tidak pernah berbuat curang maupun mengeluh. Usman Ja'far pun mendapatkan kasih sayang yang cukup dari sosok ayahnya sampai ayahnya harus meninggal pada saat usianya baru lima tahun. Sejak saat itu, Usman harus tinggal bersama ibu dan empat sodaranya bersama kakeknya dalam satu atap.
Meskipun begitu, Zaiton, ibu Usman, tidak pernah membatasi anaknya untuk mengenyam pendidikan. Ketika usianya beranjak 7 tahun, ia sekolah di SD Negeri 1 Sekadau. Karena keadaan geografis Kalimantan yang masih belum berkembang benar, ia bersama teman-temannya harus menyeberang sungai Kapuas untuk mencapai sekolahnya. Setelah enam tahun berlalu, ia melanjutkan sekolah di SMP desa setempat sampai ia lulus dengan prestasi yang baik.
Sementara untuk melanjutkan ke tingkat SMA, ia harus ikut dengan pamannya yang saat itu menjadi Ketua DPRD Kalimantan Barat di Pontianak. Baru satu semester, ia harus pindah ke SMA 23 Jakarta karena mengikuti pamannya yang dipindah tugaskan.
Ia pun melanjutkan lagi ke Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) di mana ia bertemu dengan Abdul Latief yang mengantarkannya ke puncak perjuangan bisnisnya selama ini.