Sylvia Efi Widyantari Sumarlin adalah salah satu wanita Indonesia yang sukses menjadi petinggi di bidang teknologi informasi. Di tahun 2008, dari tangannyalah lahir Xirka chipset yang menjadi kebanggan Indonesia. Sebelum terjun mengembangkan bisnis chipset di Indonesia, Sylvia Sumarlin berkecimpung di bidang internet service protocol (ISP). Peraih dua gelar master (dual master), Hubungan Internasional dan Ekonomi, Syracuse University, Amerika Serikat, ini juga merupakan salah satu sosok yang berjasa memperjuangkan teknologi internet agar semakin terjangkau masyarakat luas.
Sylvia memulainya dengan melaksanakan pelatihan internet bagi guru-guru SD, SMP, SMA sejak tahun 1996. Kegiatan itu diselenggarakan di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Selain itu, Sylvia juga melakukan pemberdayaan masyarakat daerah terpencil dalam mengakses internet murah sejak tahun 2001 dan memberikan pelatihan teknologi dan informasi kepada remaja usia SMP-SMA.
Sebab sejak kanak-kanak, saat mengikuti orangtuanya yang kuliah di Pittsburg, Pensylvania, Sylvia sudah mengenal dunia IT. Khusus teknologi internet, dia mengaku sudah menyenanginya sejak kuliah di Negeri Paman Sam itu. Disinilah, kemudian Sylvia bertemu dengan Rudy Hari, seorang maniak internet yang akan menjadi suaminya. Berawal dari kesamaan hobi dengan suami, ditambah dengan adanya pengalaman pernah bekerja di Hewlett Packard (HP) pada 1984, akhirnya pada tahun 1995, Sylvia dan suaminya memulai bisnis di bidang internet dengan mendirikan PT Dyviacom Intrabumi yang biasa disingkat dengan D-Net, perusahaan yang menjadi cikal bakal PT. Core Mediatech. Kemudian pada tahun 1999, Sylvia dan suaminya mendirikan PT Dama Persada, perusahaan riset dan pengembangan IT dimana ia menjadi direktur utama hingga sekarang.
Saat itu, D-Net berkembang pesat dan pelanggannya terus bertambah. Pada tahun 2000, D-Net menjadi perusahaan penyedia layanan internet pertama yang mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia. Dalam perjalanan mengelola perusahaan itu, Sylvia mencatatkan sejarah di kalangan pengusaha jasa penyedia internet, dimana dia berhasil menggagalkan rencana pemerintah mengenakan pajak penghasilan 20 persen kepada pengusaha internet di luar pajak pertambahan nilai (PPn).
Berkat pengalaman dan perjuangannya itu, Sylvia dipercaya teman-teman seprofesinya untuk menjabat sebagai menjadi Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), yakni sebuah organisasi para pengusaha yang bergerak di bidang jasa internet untuk periode 2006-2009. Sylvia menjadi ketua umum organisasi yang didirikan tahun 1996 itu setelah dua tahun sebelumnya menjabat sebagai bendahara umum.
Dia juga pernah diminta untuk membantu para wakil rakyat di Komisi I menggodok RUU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain dikenal sebagai pengusaha di dunia IT, Sylvia juga dikenal sebagai sosok yang senantiasa berusaha melestarikan budaya Jawa seperti tari Jawa dan ketoprak. Beberapa tahun lalu misalnya, Menkominfo M Nuh pernah mengajak Sylvia bermain ketoprak. Bersama Paguyuban Puspo Budoyo pimpinan Luluk Sumiarso (Dirjen Migas ESDM), Sylvia sudah dua kali ikut pementasan.