Siti Hediati Hariyadi atau lebih dikenal dengan Titiek Soeharto adalah anak keempat Soeharto yang lahir pada saat Soeharto menjabat sebagai Panglima TT-IV/Diponegoro. Titiek menikah dengan Prabowo Subianto pada Mei 1983. Pasangan ini dikaruniai seorang anak, Didiet Prabowo. Didiet menghabiskan sebagian masa sekolahnya di Boston, AS. Namun perkawinan pasangan ini berakhir perceraian.
Wanita ini adalah penyuka merek kelas tinggi seperti Harry Winston, Bulgari dan Cartier. Titiek juga dikenal sebagai pengagum para bintang film. Ketika Steven Seagal ke Bali dalam rangka peresmian Planet Hollywood pada 1994, dia dikabarkan berdansa dengan bintang laga itu.
Dunia bisnis tak lepas dari keturunan keluarga cendana. Pada Juli 2005 Titiek yang menjabat sebagai komisaris utama PT Abhitama membeli saham kepemilikan PT Surya Citra Media Tbk sebesar 25 persen dari Henry Pribadi, yang setara dengan 473.437.500 saham (harga per saham Rp 1.225). Kini kepemilikan saham PT Abhitama meningkat hingga menjadi 77,49 persen. Bisnis lainnya merambah bidang hutan, kimia, keuangan, investasi, listrik, dan transportasi.
Pada Mei 2006 lalu Titiek kembali tampil di depan publik. Pertama, menjenguk dan memberikan bantuan bagi pengungsi Gunung Merapi. Di sinilah Titik menyatakan permintaan maaf sang ayah, Soeharto. Ketika gempa datang, Titiek muncul lagi di Yogyakarta dengan membawa bingkisan "85 tahun Pak Harto" untuk para korban musibah. Di sini, Titik menyampaikan salam Pak Harto bagi warga setempat. Terhitung 9 Juni 2006, Titiek muncul sebagai presenter SCTV dalam penayangan siaran langsung Piala Dunia 2006. Dia menjadi presenter dalam 3 kali pertandingan.
Titiek dikenal dekat dengan ayahnya, Soeharto. Namun dia pernah mengalami kekecewaan dengan sikap Soeharto. Perasaan kecewa Titiek kala itu muncul saat dirinya diwisuda sebagai sarjana ekonomi oleh Universitas Indonesia, tepatnya tahun 1985. Setiap mahasiswa yang diwisuda saat itu selalu didampingi kedua orangtuanya.
Tetapi, hal itu tidak dirasakan Titiek. Titiek yang berharap dapat didampingi kedua orangtuanya saat wisuda ternyata tak bisa dikabulkan. Walhasil, hanya Ibu Tien yang menyaksikan Titiek dikalungkan piagam kelulusan oleh pihak kampus. Sedangkan Soeharto, tak muncul meski hanya sekejap.
Rasa kecewa yang dirasakan Titiek ini terus terbawa hingga dewasa. Namun, setelah Indonesia mengalami pergantian kepala negara beberapa kali, Titiek akhirnya menyadari bahwa tindakan Soeharto tersebut menjadi bukti bahwa Soeharto lebih mengedepankan kepentingan bangsa daripada keluarganya.