Di dunia pendidikan Indonesia, nama Satrio Soemantri Brodjonegoro adalah nama yang tidak asing lagi. Selama pengabdiannya di dunia pendidikan Indonesia, beliau telah menghadapi berbagai masalah dan rintangan dalam usahanya memajukan pendidikan di Indonesia. Sebagai Direktur Jendral Pendidikan Tinggi atau yang disebut pula Dirjen Dikti, Satrio Soemantri Brodjonegoro telah memberikan kontribusi yang cukub signifikan bagi pendidikan Indonesia.
Di masa kepemimpinannya, Satrio Soemantri Brodjonegoro mengalami banyak rintangan di dunia pendidikan. Beberapa dilema di dunia pendidikan Indonesia terus menguji kegigihan Satrio Somantri Brodjonegoro dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Salah satu ujian terberat yang dihadapi Satrio Soemantri Brodjonegoro adalah tingkat kualitas lulusan perguruan tinggi di dalam dunia kerja. Lulusan perguruan tinggi Indonesia dinilai kurang kompeten.
Hal ini diperburuk oleh kenyataan bahwa banyak putra putri Indonesia yang bersekolah di luar negeri dan bahkan mengabdikan dirinya di luar negeri pula. Keadaan ini membuat kualitas sumber daya manusia di mata internasional juga tidak begitu baik. Banyak negara di luar sana yang menilai bahwa Indonesia mempunyai kualitas tenaga kerja di bawah rata-rata. Bahkan generasi muda Indonesia sendiripun memandang negaranya sebelah mata. Mereka lebih memilih bekerja untuk negara lain karena mereka menilai bahwa negara lain lebih menghargai kemampuan mereka dengan harga yang lebih tinggi. Hal inilah yang coba diperbaiki oleh Satrio Soemantri Brodjonegoro selaku Dirjen Dikti Indonesia.
Di sisi lain dari dilema-dilema yang muncul dalam masa jabatannya sebagai Direktur Jendral Pendidikan Tinggi, Satrio Soemantri Brodjonegoro tidak berhenti berkarya. Beliau bergabung dengan tim Japan International Cooperation Agency atau yang lebih dikenal dengan nama JICA, dalam perencanaan gedung fakultas teknik Universitas Hasanudin di Gowa.