Putih Sari adalah salah satu politisi perempuan termuda Indonesia yang berhasil duduk kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Ia terpilih menjadi anggota DPR pada usia 25 tahun. Politisi yang diusung oleh partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini terpilih di Daerah Pemilihan Jawa Barat VII.
Usianya baru 24 tahun ketika ia memutuskan terjun ke dunia politik. Kala itu Agustus 2008, tekadnya telah bulat untuk bergabung dalam Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Putih Sari Taslam akhirnya mencalonkan diri dalam Pemilihan Anggota Legislatif 2009. Langkah di dunia politik tentu tidak lantas dianggapnya mudah. Sebagai "anak bawang" di panggung politik, ia harus menghadapi beberapa rintangan dan kesulitan agar bisa berhasil menduduki kursi DPR.
Di Daerah Pemilihan (Dapil) VII Jawa Barat yang meliputi Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta, Putih harus bersaing dengan politisi lain yang bahkan namanya telah lebih dikenal di Indonesia di antaranya adalah Ade Komarudin dan Nurul Arifin dari Partai Golkar, Hary Kartana yang merupakan mantan Dirut Indosat dari Partai Demokrat. Hal tersebut tidak membuat langkahnya mundur dan mentalnya menciut. Semangatnya justru membara ketika berada dalam persaingan yang sengit untuk memperebutkan hati rakyat. Ia mengunjungi pelosok-pelosok kampung untuk berkampanye. Putih bahkan berkampanye di sebuah kampung terpencil di kawasan waduk Jatiluhur Purwakarta di mana tidak satu kader pun yang berkunjung ke sana. Kerja kerasnya berujung manis. Putih mengumpulkan 27.341 suara. Jumlah ini cukup untuk menjadi tiket baginya untuk melangkah masuk berkantor di Senayan. Perjuangannya tak berhenti di sana dan sebatas menyandang status anggota parlemen. Karena duduk di Komisi IX, ia bertanggung jawab terhadap bidang kesehatan, transmigrasi, tenaga kerja serta kependudukan. Ia wajib melakukan aktifitas legislasi serta pengawasan terhadap kinerja mitra kerja, terutama yang menyangkut usaha peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan buruh dan pekerja.
Selain di Komisi IX, Putih juga dipercaya sebagai bendahara fraksi dan anggota Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR-RI. Di luar pekerjaan utamanya sebagai anggota DPR, ia aktif di salah satu organisasi sayap partai, yakni PIRA (Perempuan Indonesia Raya). Karena itulah ia dituntut untuk cerdas dalam membagi waktu untuk bisa menjalankan semua aktivitasnya secara seimbang.