Tidak banyak orang mengenal nama Oya Pelupessy. Pekerjaan sehari-harinya adalah membuat sempeh atau kerajinan gerabah yang berasal dari tanah liat di Negeri Ouw, Kecamatan Saparua, Maluku Tengah, Maluku. Ketika Oya remaja, hampir semua warga Ouw di jazirah tenggara Pulau Saparua bekerja sebagai perajin sempeh. Sempeh buatan perajin banyak dipakai oleh warga Saparua, bahkan warga pulau-pulau lain di sekitarnya, termasuk sampai ke Ambon, ibu kota Maluku.
Sempeh memang menjadi peralatan utama rumah tangga kala itu sehingga banyak dicari Masyarakat Saparua banyak menggantungkan hidupnya sebagai pembuat sempeh atau gerabah. Namun, perputaran waktu nyatanya banyak mengubah kisah manis menjadi pahit. Masyarakat Saparua berbondong-bondong menghentikan aktivitasnya sebagai pengrajin sempeh.
Tidak demikian halnya dengan Oma Oya, sapaannya, ia mengakui bahwa kerajinan pembuatan sempeh memang mengalami "kemandekan". Ia yakin, sempeh adalah warisan budaya leluhur yang akan hilang jika tidak dilestarikan. Dengan keyakinan yang kuat disertai upaya yang gigih, Oma Oya membuat kerajinan tanpa pandang zaman. Ia adalah satu-satunya perajin sempeh yang masih tersisa di Saparua. Upayanya yang gigih untuk terus membuat sempeh rupanya membuahkan hasil. Banyak turis yang berkunjung ke Maluku selalu menyempatkan singgah barang sejenak untuk melihat dan menikmati proses pembuatan sempeh yang dilakukan olehnya. Kerajinan yang ia buatpun satu per satu laku terjual oleh wisatawan, kebanyakan berasal dari Belanda.
Kerajinan sempeh yang mulai termakan zaman memang patut dilestarikan. Jika tidak, maka warisan budaya akan hilang begitu saja. Dia bertekad akan membuat sempeh sampai akhir hayatnya.