Nurul Karimah adalah pendiri Yayasan Cendikia Mandiri di Temanggung. Sebagai anak pertama dari 10 bersaudara, Nurul sempat hampir tak bisa belajar di SMA karena tak ada biaya. Penghasilan orang tua yang didapat dari bertani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga. Sehingga, Nurul memenuhi biaya sekolah dengan bekerja di salon dan membuat kue. Upaya ini terus dia lakukan hingga ia melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Lulus dari perguruan tinggi, Nurul menjadi guru Matematika di SMP 5 Temanggung. Di sana, banak anak didiknya yang terancam tidak bias bersekolah karena alasan ekonomi. Melihat kenyataan tersebut, Nurul mengajak teman-temannya dari alumni SMA Negeri 1 Temanggung untuk turut membantu anak-anak tersebut.
Dibantu temannya, Sri Yudono dan Anif Punto Utomo, mereka menggunakan rumah dari kakek Sri Yudono sebagai lokasi sekolah bagi anak-anak tidak mampu di Temanggung. Berbekal dua meja, dua white board, dan tiga computer; Nurul dan teman-temannya tersebut mulai mendirikan sekolah bagi siswa tak mampu di Temanggung. Pada tahun pertama berdiri, Komunitas Belajar Cendekia Mandiri malah ditentang sebagian warga. Bahkan, sejumlah tokoh masyarakat curiga mereka mengajarkan aliran agama tertentu.
Karena tidak pernah dididik, Anak-anak tersebut berperilaku sangat kasar dan urakan pada awalnya. Mereka bahkan tak segan untuk berbicara menggunakan bahasa yang tidak semestinya dipakai. Menyikapi hal tersebut, Nurul kemudian memberi tambahan materi pendidikan budi pekerti, di luar mata pelajaran umum.
Ketika programnya sudah dapat diterima oleh masyarakat sekitar, Nurul menghadapi kenyataan bahwa minat belajar sebagian murid yang ia didik sangat rendah. Hal ini mengakibatkan jumlah muridnya menyusut hingga akhirnya hanya tersisa sekitar 23 siswa. Hal ini diakibatkan oleh adanya aktivitas musim tanam dan panen tembakau.
Menyiasati hal tersebut, Nurul merubah kebijakan sekolah dengan mengganti jam belajar yang sebelumnya berlangsung setiap hari menjadi sekali dalam seminggu. Ia juga menggunakan kurikulum pendidikan luar sekolah yang membebaskan setiap peserta didiknya untuk memilih pelajaran apapun yang diminati.
Karena perjuangan dan kerja keras Nurul Karimah dalam mendidik anak-anak tak mampu di Temanggung, ia kemudian dinobatkan sebagai salah satu dari 22 wanita penginspirasi di Jawa Tengah yang diberikan oleh Tabloid Cempaka.