Profile

Kasim Ghozali

Tempat Lahir : Medan, Sumatera Utara

Tanggal Lahir : 20/04/1963


Description

Kasim adalah seorang pengusaha swasta. Namun, apa yang dilakukan di Shanghai, Republik Rakyat China, membuat orang tidak lagi melihatnya sebagai orang swasta, tetapi perwakilan Pemerintah Republik Indonesia di Shanghai. Setiap dua bulan sekali, toko miliknya, Made in Indonesia yang terletak di Shanghai Bay, Pudong Selatan, Shanghai, berubah menjadi tempat bertemunya warga Indonesia dengan perwakilan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia. Di toko milik Kasim Ghozali.semua unek-unek yang menjadi beban warga Indonesia ditumpahkan. Di lain hal setiap tamu yang masuk ke dalam toko itu perhatiannya pasti langsung tertuju pada satu set angklung besar yang terletak di tengah toko. Angklung tersebut berbeda dengan angklung biasa. Angklung itu bisa berbunyi sendiri, tanpa ada orang yang memainkannya. Rupanya, angklung tersebut telah disambungkan dengan program komputer sehingga bisa mengumandangkan lagu-lagu Indonesia. Kasim bisa membuat angklung digital itu karena mempunyai hubungan yang baik dengan Apple Inc, perusahaan komputer terkemuka di dunia. Angklung itu diciptakan sangat terbatas. Hanya ada di KBRI di Beijing dan Musical Instrument Museum di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. Menurut Kasim, angklung sengaja dipilih untuk dipamerkan di China karena alat musik itu terbuat dari bambu yang sangat dikenal masyarakat China. Tujuan utama yang ia inginkan adalah mengenalkan Indonesia kepada dunia yang mudah diterima. Pia ini harus mencari cara yang mudah diserap atau sudah dikenal masyarakat tujuan. Setiap tamu China yang datang ke tokonya sangat kagum dan baru mengetahui bahwa bambu bisa jadi alat musik selain suling, menurut pemilik bisnis utama percetakan dan pengemasan ini. Membuat angklung digital merupakan salah satu bentuk pengemasan yang unik terhadap budaya Indonesia. Keinginannya untuk mempromosikan Indonesia sudah tumbuh sejak dia duduk di bangku sekolah. Kasim yang menuntut ilmu di Singapura dan AS penasaran mengapa orang asing lebih kenal Thailand dan bahkan Vietnam daripada Indonesia. Dari penelusurannya, dia menemukan jawaban, bahwa negara-negara lain lebih terkenal karena banyak warganya yang pergi ke luar negeri. Mereka tidak sekadar berkunjung, tetapi juga menetap. Ketika itulah mereka membawa budaya negaranya untuk dikenalkan ke lingkungan sekitar. Di Toko Made in Indonesia yang dibuka sejak tahun 2008, Kasim juga membuka restoran yang menyediakan menu-menu tradisional Indonesia. Kasim memang tidak menangani toko itu setiap hari. Toko tersebut dikelola John Suhardjo yang masih ada hubungan kerabat dengannya. Dia sadar toko budaya miliknya tidak akan menghasilkan keuntungan dari segi materi. Terlebih letaknya yang kurang strategis. Dengan sifat uletnya dia mengurus toko itu karena semata-mata ingin mempromosikan budaya Indonesia sambil melayani warga Indonesia di Shanghai. Beberapa kali toko miliknya menjadi tempat bertemu para pebisnis Indonesia dengan pebisnis China atau pebisnis dari negara lain. Kasim berencana mencari tempat yang lebih strategis agar tokonya lebih dikenal dan mudah dicapai banyak orang. Kasim menggeluti usaha percetakan dan pengemasan yang sudah berjalan selama tiga generasi. Dia menangani PT Printec dan PT Grafitec bersama dua adik laki-lakinya, Rudy Ghozali dan Eddy Margo Ghozali. Kasim bertanggung jawab pada bisnis secara keseluruhan, baik yang di Indonesia maupun di China. Rudy bertanggung jawab pada perusahaan yang di Indonesia, sedangkan Eddy mengelola teknologi informasi sekaligus membuat dan mengelola basis data untuk kepentingan perusahaan. Tiga saudara yang sangat berkemampuan itu membuat perusahaan keluarga berkembang baik hingga ke China selama 13 tahun. Produk mereka sudah diekspor ke Eropa dan Amerika Serikat, serta telah membukukan hasil penjualan 100 juta dollar AS. Kecintaannya pada Indonesia tetap disalurkan dengan mengenalkan budaya-budaya daerah yang dipusatkan pada toko miliknya tersebut.