Profile

Jakob Samuel Halomoan Lumbantobing

Tempat Lahir : Reteh-Kotabaru, Riau

Tanggal Lahir : 13/07/1943


Description

Jakob Samuel Halomoan Lumban Tobing, atau cukup Jakob Tobing bagi rekan dan sejawat pria berdarah Batak ini, lahir pada 13 Juli 1943 di wilayah Reteh-Kota Baru, Riau. Tobing tercatat telah mendedikasikan diri sebagai pelayan dalam dunia politik, khususnya di tingkat DPR/MPR selama 34 tahun (Golkar dan PDI-P). Mantan Ketua Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) periode 1999 ini memiliki peran penting dalam meletakkan dasar modernisasi politik Indonesia. Penerima penghargaan Bintang Mahaputera Utama pada 1999 ini dikenal sebagai peletak dasar reformasi politik dan demokratisasi Indonesia terutama ketika ia menjabat selaku pimpinan Panitia Ad Hoc I BP-MPR yang melakukan Amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 – 2004 dan selaku Ketua Komisi A Sidang Tahunan MPR-RI tahun 2000, 2001, 2002, dan 2003. Memulai karir politik sebagai anggota badan legislatif sejak 1968, masa depan Jakob Tobing sebagai salah satu putra terbaik yang dimiliki Indonesia seolah bisa diramalkan ketika ia menjadi anggota DPR termuda saat itu. Tobing juga menjadi mahasiswa pertama yang diangkat sebagai anggota parlemen (saat itu bernama DPR Gotong Royong). Pasca mengabdi selama 30 tahun lebih di lembaga tertinggi negara Indonesia tersebut, negarawan kawakan ini kembali memperoleh kepercayaan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Korea pada 2004 - 2008. Atas dedikasi, jasa dan pengabdian yang tidak kenal lelah, alumnus John F. Kennedy School of Government - Harvard University ini memang lebih dari layak menerima berbagai bintang penghargaan. dalam setiap jabatan politik dan kenegaraan yang diembannya, Jakob Tobing selalu memaknai posisi apapun yang diampunya sebagai tugas dan kewajiban untuk memberikan layanan terbaik bagi bangsa dan negaranya. Penerima penghargaan Bintang Ganghwa Medal, First Class, Order of Diplomatic Services dari Republik Korea pada 2008 ini sangat menyadari apapun tugas yang diamanatkan kepadanya bukan diperoleh karena dikejar dengan segala daya dan cara, melainkan sesuatu yang didatangkan, karenanya dipercayakan, kepadanya. Oleh sebab itu, Jakob Tobing selalu memaknai pelaksanaan tugas dan kehadiran kuasa Tuhan dalam setiap langkah perjalanan hidupnya.