Nama Ibrahim Sakty Batubara dikenal sebagai Ketua Poksi PAN sekaligus anggota Komisi VIII DPR RI yang membidangi masalah agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan. Lahir pada 12 Mei 1952 di Hutagodang, Sumatera Utara, Batubara sudah menunjukkan ketertarikan dalam bidang politik yang sangat besar, terutama ketika menempuh pendidikan formal di perguruan tinggi.
Sudah menjadi seorang aktivis sejak masih berstatus mahasiswa pada sekitar 1977-1978, politisi yang juga merangkap anggota MPR ini memilih bergabung dengan salah satu partai politik terbesar di Indonesia, Partai Amanat Nasional (PAN), pada masa-masa reformasi. Sejak saat itu, karir politik Ibrahim Batubara bisa disebut berjalan tanpa hambatan yang berarti, seperti dibuktikan dari amanat yang diampunya sejak 2004 ketika menjadi Anggota DPRD Sumut dan selanjutnya terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2009 - 2014 mewakili Partai Amanat Nasional untuk daerah pemilihan I Sumatera Utara (Medan, Deliserdang, Serdangbedagai dan Tebingtinggi).
Dengan tiket suara sebanyak 31.265, suami Wimaslina Lubis ini mulai menjalankan berbagai program terkait deskripsi tugas Komisi VIII DPR RI. Salah satu di antaranya adalah memprakarsai pembangunan Muhammadiyah Center di kampung halamannya sendiri, Medan. Di samping itu, Batubara juga sering bertindak selaku penyaji dalam berbagai seminar terkait pemberdayaan perempuan.
Pemegang gelar Magister Administrasi Publik ini tercatat aktif mensosialisasikan keberagaman sebagai potensi, bukannya cikal bakal perpecahan, bangsa indonesia. Kemajemukan, menurut Ibrahim Batubara, adalah alat pemersatu. Ramalan bahwa Indonesia akan mengalami nasib sama dengan 'negara majemuk' lain seperti Uni Soviet dan Yugoslavia juga terbukti terbantahkan. Wakil rakyat ini juga selalu menegaskan bahwa keragaman dan kemajemukan masyarakat indonesia selalu dijamin dan dilindungi negara.