I Gusti Ngurah Putu Wijaya atau yang lebih dikenal dengan Putu Wijaya merupakan budayawan sastra Indonesia asal Bali, yang telah menghasilkan kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esai, artikel lepas, dan kritik drama. Putu Wijaya juga menulis skenario film dan sinetron.
Putu sendiri sebenarnya adalah bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga bersaudara seibu. Ia tinggal di kompleks perumahan besar, yang dihuni sekitar 200 orang, yang semua anggota keluarganya dekat dan jauh, dan punya kebiasaan membaca. Budayawan yang khas dengan topi pet putihnya ini semula diharapkan bisa menjadi dokter oleh ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak. Namun Putu ternyata lebih akrab dengan dunia sastra, bahasa, dan ilmu bumi. Cerpen pertama Putu yang berjudul "Etsa" dimuat di harian Suluh Indonesia, Bali.
Drama pertama yang Putu mainkan adalah ketika ia masih SMA. Drama tersebut Putu sutradarai dan mainkan sendiri dengan kelompok yang didirikannya di Yogyakarta. Setelah 7 tahun di Yogyakarta, ia kemudian pindah ke Jakarta dan bergabung dengan Teater Kecil. Selanjutnya dengan Teater Mandiri yang didirikan pada tahun 1971, dengan konsep "Bertolak dari Yang Ada".
Gaya Putu menulis novel tidak berbeda jauh dengan gayanya menulis drama. Seperti dalam karya dramanya, dalam novelnya pun ia cenderung menggunakan gaya objektif dalam pusat pengisahan dan gaya yang penuh dengan potongan-potongan kejadian yang padat, intens dalam pelukisan, dan bahasanya ekspresif. Putu lebih mementingkan perenungan ketimbang riwayat.
Penggemar musik dangdut, rock, klasik karya Bach atau Vivaldi dan jazz ini total dalam menulis, menyutradarai film dan sinetron, serta berteater. Bersama teater itu, Putu telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri. Bahkan puluhan penghargaan diraih atas karya sastra tersebut.