Harry Tjan Silalahi adalah seorang tokoh politik yang juga dikenal sebagai tokoh senior dalam Katolik. Harry Tjan Silalahi lahir dengan nama Tjan Tjoen Hok di Yogyakarta pada tanggal 11 Februari 1934. Dia merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara dan dibesarkan dalam sebuah keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya buta huruf sedangkan ibunya hanyalah penjual makanan kecil dan gudeg. Kedua orangtuanya hanya berharap Harry bisa menjadi orang yang berpendidikan.
Selepas pendidikannya di SMP St Yusuf di Dagen, Yogyakarta, Harry masuk ke SMA de Britto. Di sekolah tersebut Harry menyenangi pelajaran sejarah, kesenian dan ilmu kemasyarakatan. Selama di SMA, Harry sudah mulai aktif berorganisasi.
Dia sempat menjadi ketua organisasi peranakan Tionghoa, Chung Lien Hui. Di bawah kepemimpinannya organisasi ini kemudian berganti nama menjadi Persatuan Pelajar Sekolah Menengah Indonesia (PPSMI). Harry juga aktif dalam Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA, Harry memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan masuk ke Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.
Dia menyelesaikan kuliahnya tersebut pada tahun 1962 dan mendapatkan gelar S.H. Walaupun telah diwisuda dan lulus dari universitas tersebut, hingga saat ini Harry belum juga mengambil ijazahnya sebagai sarjana hukum. Dia berkeyakinan bahwa yang terpenting adalah kemampuan, bukan selembar kertas yang dinamakan ijasah. Semasa masih berkuliah, Harry aktif di perkumpulan Sin Ming Hui dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).
Harry kemudian terpilih menjadi ketua organisasi tersebut dan akhirnya ditarik menjadi Sekjen Partai Katolik. Bersama Partai Katolik, Harry sempat menjadi anggota DPR RI dan ditunjuk untuk mengetuai Komisi I. Setelah pemilihan umum tahun 1971, Harry tidak lagi giat di dunia kepartaian. Dia lebih memilih untuk berkegiatan di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Yayasan Pendidikan Trisakti yang dia bentuk pada tahun 1966.