Profile

Handoko Wibowo

Tanggal Lahir : 09/11/1962


Description

Handoko Wibowo mungkin bisa disebut sebagai biang keladi dan provokator oleh pemerintah atas berbagai gerakan unjuk rasa yang dilancarkan oleh para kaum petani di Indonesia. Handoko Wibowo bertempat tinggal di Dukuh Cepokok, Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar, Batang. Rumah miliknya tersebut juga bisa dijadikan sebagai tempat persinggahan oleh beragam golongan atau kalangan, misalnya oleh kalangan mahasiswa, petani, aktivis lembaga swadaya masyarakat, dan bahkan aktivis politik/ politikus. Baik Handoko Wibowo dan yang lainnya berkumpul biasanya untuk membahas tentang gejolak politik yang tengah terjadi. Handoko memiliki latar belakang etnis TiongHoa. Meskipun dia adalah seorang Krisitiani, dia sangat terbuka dengan warga di sana yang mayoritas pemeluk agama Islam yang tinggal pantai utara pulau Jawa. Sebagian besar warga di sana memiliki mata pencaharian sebagai seorang petani. Dari ukurannya rumahnya yang hampir seluas 8 hektar, tentunya dia termasuk dalam golongan menengah ke atas di tengah-tengah kehidupan para petani penggarap yang hidup secara sederhana. Handoko merasa iba dan membiarkan tanahnya untuk dijadikan sebagai ladang pengais rezeki buat para petani tersebut yang rata-rata tidak memiliki tanah sendiri. Keibaannya itulah yang membuatnya untuk mengambil keputusan agar bertahan dan tetap tinggal mendampingi petani-petani Batang sejak tahun 1998. Ayah Handoko merupakan orang terkaya di Batang pada tahun 1960 an. Rumah yang dijadikan sebagai tempat persinggahan beragam golongan tersebut merupakan warisan dari ayahnya. Handoko memiliki mata pencaharian utama sebagai seorang pengacara. Handoko menamatkan pendidikan perkuliahannya di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, jurusan Hukum pada tahun 1987. Sebagai pengacara, kasus pertama yang ia tangani adalah kasus dari ibunya sendiri dalam menghadapi gugatan yang berhubungan dengan bisnis perusahaan cengkeh milik ibunya yang di ujung tanduk mengalami kebangkrutan. Selain itu, ibunya juga menjadi korban pemerasan.