Akhir April lalu, nama seorang politikus asal Nasional Demokrat banyak dipergunjingkan. Bagaimana tidak, di saat banyak warga, baik muslim dan non muslim dunia, mengutuk keras aksi Israel yang membombardir secara penuh dan membabi buta pada Palestina, ia justru datang pada undangan hari ulang tahun Israel yang diadakan di Singapura pada 26 April 2012. Banyak pihak yang justru kini berbalik mengutuk keras tindakan Ferry Mursyidan Baldan yang dinilai tidak hanya mencoreng citra islam di muka dunia tapi juga telah menghancurkan kehormatan NKRI yang jelas-jelas menolak pengakuan terhadap Israel secara konstitusional. Tindakan pria kelahiran Jakarta, 16 Juni 1961 ini dianggap banyak orang sebagai tindakan yang tidak pantas mengingat Ferry adalah tokoh politik yang namanya cukup sering didengar. Tak hanya itu, tindakan Ferry yang merupakan putra Acehpun banyak disayangkan apalagi saat itu Ferry berdalih berangkat ke Singapura hanya untuk memenuhi undangan, tidak lebih.
Terlepas dari pemberitaan tersebut, sebelumnya Ferry diberitakan mengenai sikapnya yang seolah menyepelakan keanggotaan dalam Partai Golongan Karya (Golkar) yang telah bersamanya sejak tahun 1992. Saat itu, Ferry menampik tudingan bahwa ia merangkap keanggotaan dengan sebuah ormas baru yang kini berubah menjadi partai politik, Nasional Demokrat. Ia bahkan mempersilakan Golkar memecatnya karena dirinya tidak akan keluar dari Ormas Nasdem. Tak hanya itu, lulusan Universitas Padjajaran ini juga meminta Golkar membuktikan bahwa kadernya yang menjadi pengurus di Ormas Nasdem sama saja menjadi pengurus di Partai NasDem. Ia justru mempertanyakan sikap Golkar yang melarang anggotanya untuk aktif di Ormas NasDem dan mengapa tidak sedari awal ada aturan mengenai himbauan agar anggotanya tidak aktif pada Ormas tertentu.
Tertarik dalam dunia politik, suami dari Hanifah Husein ini memulai karir politiknya sejak menjadi mahasiswa, yakni bergabung dengan Badan Perwakilan Mahasiswa Fisip UNPAD pada tahun 1984 lalu melanjutkan organisasi-organisasi lainnya seperti HMI, AMPI, dan Golkar. Terakhir, pria yang kecilnya bercita-cita menjadi pilot ini memutuskan untuk keluar dari Golkar dan bergabung secara penuh dengan Nasdem bahkan langsung menjabat sebagai Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan pada tahun 2010.