Erry Riyana Hardjapamekas dilahirkan di Bandung pada tanggal 5 September 1949 dari pasangan Bapak Sobri Hardjapamekas dan Ibu T. Djuaedah.Tercatat dalam dalam salah satu aktifitasnya, Erry pernah mengikuti Executive Education Program on "Corporate Financial Management" di Harvard Business School, tahun 1992, serta mengikuti seminar, lokakarya, dan konferensi, baik sebagai peserta maupun pembicara.
Beliau dikenal memiliki banyak jabatan yang dipercayakan kepadanya. Pada tanggal 31 Maret 1994 dia menjabat sebagai Direktur Utama PT. Timah, Tbk., kemudian diangkat kembali pada jabatan tersebut dalam RUPS luar biasa dan diberhentikan kembali dengan hormat dalam RUPS luar biasa tanggal 14 Maret 2002. Sebelumnya ia menjabat sebagai Direktur Keuangan PT. Timah, Tbk dari tahun 1991 hingga 1994. Selain itu, dia juga menjabat sebagai komisaris PT. Pembangunan Jaya Ancol dan penasehat atau anggota komite Audit PT. Unilever Indonesia, Tbk., sejak tahun 2001. Komisaris Utama PT. Agrakom, sejak 15 April 2002 menjadi komisaris dan Ketua Komite Audit PT. Semen Cibinong Tbk., Komite Audit PT. Kabelindo Murni Tbk., Komisaris dan Ketua Komite Audit PT. Hero Supermarket Tbk., dan mulai Maret 2003 menjadi komisaris PT. Kaltim Prima Coal. Sebelumnya pula, ayah dari 2 putera dan 2 puteri ini pernah menjabat Komisaris Utama PT. Bursa Efek Jakarta (1998-2001). Ia juga aktif dalam berbagai organisasi profesi serta Wakil Ketua Yayasan Kebudayaan Rancage yang diketuai Bapak Prof. Ajip Rosidi.
Ia dikenal sebagai orang yang sangat taat aturan dan target. Kata Jaleswari Pramodhawardani, yang pernah bekerja dengannya, bekerja dengan Erry adalah hal yang tak terlupakan. Pada waktu itu mereka berkomunikasi secara intensif selama 60 tahun, menjadi Ketua Tim Pelaksana Tim Nasional Pengalihan Aktifitas Bisnis Tentara Nasional Indonesia pada saat bulan April hingga bulan November tahun 2008. Selama delapan bulan itu Erry bekerja ekstra keras. Bersama 150 anggota tim, Erry mendatangi berbagai kota untuk mendata dan memverifikasi bisnis tentara. Pekerjaan itu tidak gampang lantaran ada berbagai resistensi di kalangan militer.
Taufiequrachman Ruki, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, mengapresiasi sepak terjang Erry sejak lembaga pemberantasan korupsi ini baru terbentuk, pada 2003. Saat itu Komisi belum memiliki fasilitas apa pun. Tak ada gedung, bahkan tak ada kursi untuk rapat. Untuk mengatasi hal itu, Erry membawa sekretaris pribadinya saat bekerja di PT. Timah dan membayarnya dengan uang sendiri.
Kang Erry juga aktif dalam berbagai organisasi kasundanan. Dia termasuk salah satu tokoh yang agak fanatik mendukung pemberdayaan potensi lokal melalui Otonomi Daerah untuk kemajuan Bangsa dan negara Indonesia.
Erry juga terpilih menjadi pimpinan KPK bersama Taufiequrachman Ruki, Sjahruddin Rasul, dan Erry Riyana Hardjapemekas.Mereka terpilih melalui voting yang dilakukan dua kali oleh 44 dari 61 anggota Komisi II.