Bagindo Azizchan telah dikukuhkan sebagai pahlawan nasional oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005 lalu. Tidak hanya itu, Bagindo Azizchan juga menerima penganugerahan gelar Bintang Mahaputra Adiprana yang merupakan penghargaan tertinggi di negara kita.
Beliau memang patut dianugerahi gelar pahlawan nasional atas perjuangannya melawan penjajahan Belanda di Padang. Bagindo Azizchan diangkat sebagai walikota Padang pada masa kemerdekaan, tepatnya pada tanggal 15 Agustus 1946. Pada waktu itu, negara masih berada pada masa transisi dan tentara NICA masih berusaha menancapkan kembali kekuasaannya di Indonesia.
Pemuda yang aktif di banyak organisasi ini adalah salah satu orang yang ditakuti oleh penjajah. Pemikiran-pemikiran Bagindo Azizchan banyak dipengaruhi oleh Muhammad Roem dan Haji Agus Salim, dua tokoh perjuangan dari Sumatera Barat. Pengetahuannya yang luas ditambah dengan pribadi yang jujur dan religius mengiringi Bagindo Azizchan menjadi pemimpin yang berani dan tidak kenal kompromi menghadapi Sekutu dan NICA. Perjuangannya banyak dilakukan melalui perundingan, surat-surat diplomatis dan juga melalui media cetak surat kabar perjuangan, Republik Indonesia Jaya.
Oleh karena perlawanannya ini, pada tanggal 19 Juli 1947 sang tokoh menghembuskan nafas terakhir saat diserang tentara Belanda. Hasil visum menunjukkan Bagindo Azizchan meninggal pada usia 36 tahun karena serangan benda tumpul dan terdapat 3 bekas tembakan di bagian wajah. Beliau dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Bahagia Bukittinggi.