Profile

Arifin Chairin Noer

Tempat Lahir : Cirebon

Tanggal Lahir : 10/03/1941


Description

Lahir di Cirebon, 10 Maret 1941, Arifin memulai kiprahnya di bidang seni sejak ia tengah duduk di bangku SMP. Saat itu, ia rutin mengirimkan karangannya yang berupa cerpen dan puisi pada majalah mingguan. Selain itu, ia juga aktif mengirimkan naskah sandiwara dan puisi pada RRI Cirebon. Tak hanya sebagai penulis naskah drama, ia pun turut melakonkan tokoh yang ada pada tulisannya di bawah bimbingan Mus Mualim. Bersama Mus, Arifin tak hanya belajar melakon tapi juga belajar menyanyi yang kemudian segera mengantarkannya ke dalam panggung menyanyi dan menyabet juara lomba tingkat daerah. Perlahan-lahan karir anak penjual sate ini mulai merangkak naik. Semenjak duduk di bangku kuliah, Arifin mulai menggiatkan kegiatannya untuk terjun penuh dalam bidang seni peran. Ia bergabung dengan teater Muslim dan telah menelurkan karya pertamanya yang berjudul Mega, mega : sandiwara tiga bagian pada tahun 1966. Selanjutnya, seolah mengalir, karya-karyanya semakin banyak dipublikasikan setelah ia mendirikan Teater Ketjil di Jakarta. Bahkan banyak karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Internasional. Karyanya dianggap menarik dan ia dianggap sebagai pengembang seni teater eksperimental yang menjadikan rupa-rupa teater Indonesia sebagai sumber kreativitas. Beberapa karyanya juga telah banyak menyabet penghargaan baik lokal maupun internasional. Salah satu karyanya yang berhasil menembus pasar internasional dan telah memenangkan penghargaan perfilman bergengsi adalah Pemberang yang membawa pulang piala The Golden Harvest dalam Festival Film Asia pada tahun 1972. Sebelumnya, ia juga sempat meraih penghargaan Anugerah Seni dari pemerintah Indonesia tepat setahun sebelumnya. Filmnya yang paling terkenal adalah film yang menuai banyak kontroversi, G 30 S/ PKI, namun melalui film tersebut suami dari Jajang C. Noer ini nyatanya kembali berhasil meraih penghargaan bergengsi Piala Citra pada tahun 1985. Pada tanggal 28 Mei 1995 Arifin meninggal karena penyakit kanker hati setelah sebelumnya sempat menjalani operasi di Singapura. Lulusan Fakultas Sosial Politik Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta, ini meninggal pada usia 54 tahun. Selama hidupnya, Arifin banyak dikenal sebagai sastrawan yang membela kaum miskin. Banyak karyanya yang juga memasukkan unsur-unsur lenong, stambul, boneka, wayang kulit, wayang golek, dan melodi pesisir, instrumen-instrumen yang akrab dengan publik. Arifin memang telah tiada, namun, karya dan konsep teater eksperimentalnya banyak digunakan sebagai contoh teater masa kini.