Andi Alifian Mallarangeng lahir di Makassar,Sulawesi Selatan, 14 Maret 1963 adalah seorang pengamat politik Indonesia. Dia menduduki posisi sebagai menteri pemuda dan olahraga (menpora) pada kabinet Indonesia bersatu II. Andi adalah menpora Republik Indonesia ke-10, menggantikan Adhyaksa Dault.
Kepiawaian Andi dalam berbicara di depan publik membuat dia didaulat sebagai juru bicara kepresidenan bagi presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2004. Ia juga menjabat pemimpin redaksi situs web presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Andi sementara ini berhenti menjadi dosen, karena ditunjuk sebagai Juru Bicara Kepresidenan. Sejak itu pula, mantan aktivis mahasiswa di Himpunan Mahasiswa Islam dan Senat Mahasiswa ini pun berhenti sementara menjadi pengamat dan komentator politik. Baginya tugas sebagai juru bicara Kepresidenan ini adalah suatu kehormatan yang menuntut seluruh waktu dan perhatiannya.
Keikutsertaan Andi dalam gerakan reformasi menjadikannya anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), wakil pemerintah, yang menyelenggarakan pemilu demokratis pertama pada tahun 1999. Setelah dibentuknya kementerian otonomi daerah dalam pemerintah era reformasi, Andi mengundurkan diri dari KPU dan bergabung sebagai staf ahli Menteri Negara Otonomi Daerah (1999-2000). Namun Kementerian itu dibubarkan.
Ayah tiga anak ini kemudian bekerja mengembangkan ide tata pemerintahan yang baik sebagai Chair of Policy Committee pada Partnership for Govermance Reform in Indonesia (2000-2002). Beliau pernah mendirikan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan bersama Prof. DR. Ryaas Rasyid pada tahun 2002, namun keluar dua tahun kemudian. Darah politik rupanya pada diri Andi. Ayahnya, Andi Mallarangeng Sr. (1936-1972) adalah wali kota Parepare menjadi wali kota pada usia 32 tahun. Ayahnya meninggal dunia pada usia 36 tahun, ketika Andi junior berusia 9 tahun. Sejak itu, ibunya, Andi Asni Patoppoi dan kakeknya, Andi Patoppoi (1910-1977), Mantan Bupati Grobogan, Jaw Tengah dan juga Bupati Bone, Sulawesi Selatan yang membesarkannya.
Dari ayah dan kakeknya, ia belajar tentang semangat keindonesiaan yang mengatasi semangat kedaerahan, dari mereka pula ia belajar tentang nilai-nilai kedaerahan yang memperkaya nilai-nilai keindonesiaan. Dan dari ibunya belajar tentang hidup sebagai suatu perjuangan.