Amran Ilham merupakan seorang Tokoh Perjuangan, semasa mudanya Amran pernah bergabung menjadi Tentara Pelajar, kendati begitu Amran Halim lebih dikenal sebagi Tokoh Pendidikan dan Tokoh Budaya. Jasanya terhadap pengembangan Bahasa Indonesia sangatlah besar,
Amran Halim merupakan Ketua Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia yang dibentuk Mendiknas Sjarif Thajeb saat Pemerintah menetapkan ejaan resmi Bahasa Indonesia yang diberi nama EYD (Ejaan yang Disempurnakan, Kepanitiaan ini menghasilkan sebuah buku setebal 55 halaman berjudul “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dan diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka tahun 1978.
Tokoh bahasa ini merupakan penggagas dan penyusun pembakuan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia yang akhirnya digunakan untuk bahasa Brunei Darussalam saat Beliau menjabat sebagai Ketua Majelis Bahasa Indonesia Malaysia (MBIM).
Pada tahun 1986 – 1994 Amran Ilham menjabat sebagai rektor Universitas Sriwijaya. Di tahun 1990-an saat Universitas Sriwijaya di Bukitbesar dipindahkan ke Inderalaya (1990-an) beliau mengajak semua dosen dan civitas akademi longmarch sejauh 35 kilometer ke Inderalaya, sebagai sikap dan semangat menyambut kampus baru. Guru Besar Bahasa Indonesia ini juga dikenal sebagai orang yang aktif berorganisasi seperti menjabat Ketua di Dewan Pertimbangan Pendidikan Sumsel, Dewan Kesenian Sumsel, Ketua Kwarda Pramuka Sumsel dan juga Ketua DHD 45.
Komitmen salah satu guru besar Bahasa Indonesia di tanah air ini dalam menjaga eksistensi Bahasa Indonesia tidak diragukan lagi, Amran Halim adalah seorang yang sangat kritis terhadap penggunaan Bahasa Indonesia oleh media massa. Di tahun 2002 Amran Halim secara intens mengajarkan Bahasa Indonesia kepada jajaran redaksi Sripo atas permintaan Pemred Sripo Hadi Prayogo. Beliau juga pernah mengkritik spanduk tiga bahasa yang terpajang di jalan dimana peletakan Bahasa Indonesia di bawah Bahasa Inggris dan Bahasa Cina yang ditulis di baris pertama dan baris kedua, kepada Ismail Djalili sahabatnya, Amran Halim berkata “Lihat betapa rendahnya bangsa kita,”.
Sakit jantung dan paru-paru yang dideritanya membuat Amran Halim beberapa kali keluar masuk Rumah Sakit, karena gangguan pernapasan, Beliau pernah dirawat di VIP Penyakit Dalam Rumah Sakit Mohamad Hoesin (RSMH) Palembang. Di Rumah Sakit yang sama, tepat pukul 11.40 tanggal 13 Juni 2009 pukul 11.40 WIB beliau meninggal pada usia 79 tahun. Amran Halim dimakamkan di tanah kosong yang sudah disiapkan sejak tahun 1998, tepat di samping makam istri pertamanya Hj Rosani dan orang tuanya Abdul Halim.