Prof. Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si., atau yang lebih akrab disapa Ali Maschan Moesa adalah anggota DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa. Moesa yang lahir di Tulungagung, Jawa Timur tepat pada 1 Januari 1956 merupakan anggota dari Komisi VIII DPR yang membidangi urusan agama, perempuan dan bencana alam.
Bagi sebagian orang, khususnya penduduk Jawa Timur, sosok Ali Moesa mungkin lebih banyak dikenal sebagai salah seorang ulama sekaligus akademisi. Guru besar bidang Sosiologi Bahasa ini memulai langkah politiknya dengan mengikuti pemilihan Gubernur Jawa Timur pada tahun 2008. Namun, langkah politis ini terbukti mengundang kontroversi karena Moesa dalam percaturan politik tersebut sempat membuat figur agamisnya dikeluarkan dari kalangan NU Jatim.
Sebelum merambah masuk ke dunia politik, pemegang gelar Doktor bidang Ilmu sosial ini telah banyak dikenal karena sepak terjangnya dalam organisasi sosial keagamaan, Nahdlatul Ulama. Di samping bidang keagamaan, sosok Ali Moesa juga akrab dikenal para mahasiswa sebagai seorang akademisi yang mengajar di Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Moesa juga pernah menjadi aktivis gerakan PMII Jawa Timur pada masa mudanya dan banyak dikenal melalui berbagai ceramah dan kuliah semasa masih belum masuk ke dunia politik.
Ali Maschan Moesa adalah kakak kandung dari anggota BPK dan mantan Wakil Ketua Umum DPP PKB, Ali Masykur Moesa. Selain ulama dan akademisi, Ali Moesa pernah menjadi dosen Sosial Agama di PPS IAIN pada 2006. Pria ini menamatkan pendidikan formal hingga jenjang tertinggi pada dua institusi, IAIN Sunan Ampel Surabaya dan UNAIR Surabaya. Kiprah Ali Moesa dalam bidang pendidikan mencapai puncak dengan dikukuhkannya pria yang juga menjabat anggota Badan Kehormatan DPR ini sebagai Guru Besar IAIN Sunan Ampel Surabaya pada 2011 lalu.
Langkah awal Ali Moesa terjun ke dunia politik dimulai saat terpilih sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Batu, Jawa Timur. Moesa yang memiliki berlatar belakang keluarga dengan akar religi yang kuat juga tercatat pernah mencalonkan diri menjadi Ketua Umum PBNU. Ulama, akademisi dan politisi yang satu selalu mengedepankan langkah dialog untuk menyelesaikan permasalahan agama yang ada di Indonesia.