Profile

Al Muzzammil Yusuf

Tempat Lahir : Tanjung Karang

Tanggal Lahir : 06/06/1965


Description

Berbekal ilmu agama yang didapatnya saat menjalani pendidikan di Pesantren Zamrud Ciputat, Jakarta, Al Muzzammil Yusuf merasa sangat yakin bisa mengamalkannya lebih jauh. Ia lantas memantapkan hati untuk melangkah di jalan-Nya dengan berbagi ajaran kepada orang lain. Saat duduk di bangku kuliah untuk meraih gelar Sarjana dari Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Indonesia, pria yang akrab dipanggil Zamil ini aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Selain menjabat sebagai Ketua Mushola FISIP UI, ia dipercaya menjadi Ketua Senat Mahasiswa. Upaya dan usahanya saat terjun ke dunia politik, khususnya di Departemen Pemuda dan Kaderisasi DPP Partai Keadilan, membuatnya makin kaya pengalaman. Dari situlah posisinya perlahan naik hingga menjadi Ketua Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Zamil berhasil melenggang ke Senayan dan menduduki kursi Komisi I yang membidangi Pertahanan, Luar Negeri, dan Informasi untuk periode 2009-2014. Ia terpilih perolehan 46.205 suara dari daerah pemilihan Lampung I yang meliputi Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pesawaran, dan Kota Metro. Selain di politik, Zamil aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Studi Informasi dan Dunia Islam Kontemporer (SIDIK). Ia sekaligus menjabat sebagai Direktur Center for Middle East Studies (COMES), yang menjadikannya simpul informasi penting antara berbagai kota Timur Tengah dan Jakarta. Detail kejadian dan informasi yang berkembang dari waktu ke waktu di Gaza, Tepi Barat, Damaskus, Tel Aviv, hingga Riyadh selalu diketahuinya. Berita itu tidak dikonsumsi sendiri. Bersama beberapa temannya, berita itu disiarkan kembali lewat situs www.infopalestina.com. Dari pernikahannya dengan Nurul Hidayati K. Ubaya, Zamil sudah dikaruniai 6 orang anak. Namun, tiga anaknya lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa. Zamil pun mengaku, kejadian itu memberikan hikmah paling mendalam untuk keluarganya. Pertama, ia dan sang istri merasa lebih dekat pada kematian; Kedua, hal tersebut menjadi ujian kecintaan mereka kepada Allah. Mereka menerima ini sebagai cobaan; Ketiga, secara intens Zamil sekeluarga jadi lebih dekat dengan Sang Pencipta; Keempat, dengan pengalaman kesedihan, Zamil makin dekat dengan istrinya; Dan yang kelima, Zamil berusaha lebih keras lagi menjaga ketiga anak yang masih ada dengan sebaik mungkin.