Wajah atau sosok Adnan Kapau Gani, juga sering disingkat A. K. Gani, bisa dijumpai dalam deretan gambar Pahlawan Nasional Indonesia. Dikenal sebagai politikus handal dan cerdas semasa hidupnya, Gani adalah saksi hidup sekaligus bagian dari segelintir kecil para pelaku sejarah yang merasakan langsung pahit getir dunia politik Indonesia sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Berayah seorang guru, Gani yang terlahir di Sumatra Barat pada 16 September 1905 ini sudah tahu betapa penting peran pendidikan pada masanya. Didorong kesadaran tersebut, ia memutuskan pindah ke Batavia pada 1926 untuk melanjutkan pendidikannya dalam ilmu pengobatan di STOVIA, sebuah sekolah kedokteran terkenal pada masa itu. Juga dikenal aktif di berbagai organisasi dan politik, Gani muda banyak menghabiskan waktunya mengikuti kegiatan sosial seperti perkumpulan Jong Java dan Jong Sumatera. Di samping itu, sosok Adnan Gani juga banyak dikenal di kalangan bisnis sebagai pengusaha ulung dengan aneka barang dagangan, mulai buku bekas hingga rumah kost.
Gani adalah satu dari sekian pelaku sejarah yang hadir langsung dalam Kongres Pemuda 1928 dan menyaksikan sendiri Sumpah Pemuda beserta lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan untuk pertama kalinya. Ia memulai karir politiknya dengan bergabung bersama Partindo pada 1931, partai yang juga membawa pria Palembang yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Pulau Jawa ini berkenalan pertama kali dengan Ir. Soekarno yang kelak menjadi Presiden pertama Indonesia.
Pahlawan nasional yang pernah membintangi film Asmara Moerni (1941) ini, juga sempat merasakan dinginnya penjara politik karena menolak bekerja sama dengan pemerintahan kolonial Jepang. Pasca Proklamasi Indonesia, Gani mendapat banyak dukungan politik dari para rekannya saat itu. Ditambah keluasan koneksinya dengan banyak perusahaan Belanda dan Cina, ia kemudian dilantik sebagai Menteri Perdagangan sekaligus Wakil Perdana Menteri Sutan Syahrir pada 1946 - 1948.
Sempat mendirikan berbagai ikatan perbankan dan organisasi perdagangan, Gani terpaksa kembali ke Sumatra Selatan sejalan dengan keruntuhan Kabinet Syahrir pada 1949. Pada tahun yang sama, A. K. Gani diangkat sebagai Gubernur propinsi tersebut sebelum nantinya menjabat sebagai Rektor Universitas Sriwijaya, Palembang. Tercatat tetap aktif dalam dunia politik di Palembang hingga akhir hayatnya pada 23 Desember 1968, Adnan