Lahir di Cimahi, Jawa Barat, Adang Surahman merupakan salah seorang akademisi, ahli sains sekaligus peneliti paling senior dari Indonesia yang mengkhususkan diri di bidang riset lingkungan. Ahli gempa yang semenjak kecil sudah tertarik dengan dunia sains dan perkembangannya ini memang dikenal sebagai sosok ilmuwan yang tidak pernah mengenal kata lelah dan menyerah dalam berkarya.
Pada 1973 sampai dengan 1978, Adang menyelesaikan pendidikan tinggi tingkat sarjana di Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung. Enggan berhenti belajar, Surahman segera terbang ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana di Virginia Polytechnic Institute and State University, Amerika Serikat yang ditempuhnya mulai 1978 hingga 1980. Bak orang mencari oase di padang pasir, rasa dahaga akan ilmu pengetahuan membuat pria kelahiran 1954 ini melanjutkan proses belajarnya di Lehigh University dan berhasil menuntaskan pendidikan tinggi tingkat Doktoral bidang Teknik Sipil pada 1984.
Adang Surahman memulai karir akademiknya dengan menjadi staf pengajar di Jurusan Teknik Sipil FTSP ITB. Ketekunan, kecerdasan dan dedikasi Surahman kepada ilmu pengetahuan membuka pintu sebagai peneliti di Pusat Antar Universitas - Ilmu Rekayasa (PAU-IR) ITB pada 1988, hanya berselang empat tahun setelah menjabat dosen di almamaternya tersebut. Karir akademiknya terus menanjak ketika dipercaya sebagai Kepala Laboratium Mekanika Struktur ITB pada 1993 - 2002, di samping sebagai anggota Pusat Mitigasi Bencana, Lembaga Penelitian ITB.
Tidak hanya aktif mengajar, Guru Besar Teknik Sipil ini juga aktif terlibat dalam berbagai organisasi profesi keilmuan. Pada 1999 - 2003, Surahman adalah Ketua Asosiasi Kegempaan Indonesia (AARGI). Di samping itu, peneliti senior yang analisisnya terhadap kejadian alam dikenal sangat cemerlang ini juga dipercaya sebagai anggota delegasi Indonesia untuk International Association of Earthquake Engineering pada 1996 - 2004. Nama Adang Surahman juga tercantum dalam jajaran anggota APE Network on Structural Design Standard dan Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI), masing-masing sejak 1996 dan 1986 hingga profil diunggah. Sepertinya, tidak berlebihan jika 'tukang insinyur' yang juga pernah menerima amanat sebagai Pejabat Sementara Rektor ITB ke-13 ini menjadi salah satu tokoh intelektual Indonesia yang berhak mendapat sorotan berkat jasanya dalam bidang meteorologi dan bencana alam bagi publik di negara ini.