Abdullah Harahap, dapat dibilang merupakan penulis novel misteri (horor) Indonesia yang terbaik. Novel-novel horornya memiliki gaya yang menarik dan khas, hingga terkadang kontroversial karena dibumbui dengan hal-hal berbau seksual. Tidak banyak penulis Indonesia yang memilih kisah-kisah horor, dan terbukti AH mampu bertahan di jalur tersebut.
Kesukaannya pada dunia penulisan dan jurnalistik dimulai ketika masih duduk di bangku SMA di Medan. Ketika kuliah di Bandung, beliau tetap menekuni profesi sebagai jurnalis di tabloid GAYA dan GALA (yang kemudian berganti nama menjadi Galamedia). Kemudian menjadi perwakilan tetap untuk wilayah Jawa Barat dari Majalah Selecta Grup. Beliau cukup produktif dalam menghasilkan cerita pendek dan cerita bersambung yang dimuat di Selecta Group. Cerita bersambungnya kemudian dibukukan oleh beberapa penerbit. Novel-novelnya yang sempat laris antara lain Kekasih yang Hilang, Istriku Sayang Istriku Jalang, Lembutnya Dosa Kotornya Cinta, Impian Seorang Janda, Penyesalan Seumur Hidup, dan Kekasih Hatiku.
Dalam Novel Populer Indonesia (1985), Jakob Sumardjo menyebut Abdullah sebagai pengikut Motinggo yang menyuguhkan novel percintaan berhias seksualitas yang lebih terbuka dan kisah cinta yang manis bertema gotik. Jakob juga menilai AH mempunyai teknik bercerita dan gaya penyampaian yang matang, meski ada pula beberapa karya yang kualitasnya kurang memuaskan. AH sebenarnya adalah pionir novel gotik modern Indonesia. Novel gotik pertamanya adalah Dikejar Dosa, yang dimuat di tabloid Stop di awal 1970-an dan diangkat ke layar lebar oleh sutradara Wim Umboh. Karya AH juga sempat menjadi sensasi ketika berurusan dengan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan tuduhan pornografi pada tahun 1975. Karya bertajuk Budak dan Budak yang dimuat di majalah Mayapada itu berkisah tentang seseorang yang hiperseksual, dan tentu saja terdapat adegan seks di dalamnya.
Karir wartawan yang ditekuninya sejak tahun 1965 hingga 1995 memperkaya wawasan kebahasaannya karena beliau sering berkesempatan untuk melakukan riset ke tempat-tempat tertentu yang akan muncul dalam novelnya, sehingga karya-karyanya selalu terasa sangat nyata dan bermuatan budaya. Hingga saat ini tercatat AH telah menghasilkan sekitar 60 judul novel drama, 75 judul misteri, dan 15 judul kumpulan cerpen. Sebagian di antaranya telah diangkat ke layar lebar dan yang terbanyak ke layar kaca di berbagai stasiun TV swasta, baik dalam bentuk sinetron seri maupun FTV.
Sejak 1975, dia sepenuhnya meninggalkan roman bertema percintaan dan menulis sekitar 70 judul cerita horor. Bukunya antara lain Sumpah Leluhur, Manusia Serigala, Menebus Dosa Turunan, Dendam Berkarat dalam Kubur, Misteri Anak-anak Iblis, Langkah-langkah Iblis, Tarian Iblis, Panggilan Neraka, dan Babi Ngepet.