Jamu Cap Potret Nyonya Meneer ( PT Nyonya Meneer) adalah salah perusahaan Indonesia yang memproduksi jamu tradisional Jawa. Perusahaan yang berdiri sejak 1919 ini pabriknya berada di Semarang, Jawa Tengah. Pasarannya kini merambah pada pasar internasional, dan dipasarkan ke tiga benua yaitu Asia, Eropa, dan Amerika dan ke 12 negara termasuk Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan dan Cina. Produk Nyonya Meneer didominasi oleh produk untuk kepentingan wanita dalam bentuk Pasarannya kini merambah pada pasar internasional, dan dipasarkan ke tiga benuam yaitu Asia, Eropa, dan Amerika dan ke 12 negara termasuk Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan dan Cina.
Berdirinya perusahaan ini diawali oleh keterbatasan Nyonya Meneer yang hidup di tengah masyarakat terjajah dengan suami yang sakit keras. Keterbatasan ini memaksa Nyonya Meneer yang hanya memiliki sedikit bekal pengetahuan tentang perjamuan jawa untuk meracik sendiri jamu untuk kesembuhan suaminya. Tanpa disangka penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh dengan bantuan obat-obatan malah sembuh dengan jamu racikan Nyonya Meneer.
Nyonya Meneer yang ringan tangan kemudian mulai membantu kerabat, tetangga, dan orang-orang disekitarnya yang diserang demam, sakit kepala, masuk angin dan terserang berbagai penyakit ringan lainnya. Sebagian besar yang mencobanya puas. Dari sinilah, akhirnya Nyonya Meneer memulai usaha pembuatan jamu yang diwariskan turun temurun kepada anak dan cucu-cucunya. Usaha in mengalami kemajuan pesat pada tahun 1990-an.
Perusahaan Nyonya Meneer juga mengalami krisis operasional pada tahun 1984-2000 karena adanya sengketa perebutan kekuasaan hingga ke meja hijau. Media mencatat beberapa kali masalah-masalah pekerja dan pemogokan buruh terjadi pada tahun 2000 - 2001 di perusahaan jamu ini. Di antara lain: penuntutan pembayaran THR, pemogokan kerja, masalah HAM, dan demonstrasi. Operasional perusahaan yang saat itu dipegang oleh kelima cucu Nyonya Meneer akhirnya diambil oleh Charles Ong Saerang, salah satu cucu Nyonya Meneer yang membeli warisan cucu lainnya untuk mengakhiri perebutan kekuasaan. Sejak perbaikan manajemen dibawah kepemimpinan Charles Saerang, tidak tercatat lagi masalah kepegawaian di perusahaan ini.
Nyonya Meneer juga telah mendirikan Museum Jamu Nyonya Meneer di Semarang yang menjadi museum jamu pertama di Indonesia pada tanggal 1984. Tujuan didirikannya museum ini adalah untuk menjadi cagar budaya yang dapat melestarikan warisan leluhur dan menjadi sarana pendidikan dan rekreasi generasi muda.Selain itu Nyinya Meneer juga menerbitkan buku pada 19 Februari 2002 yang berjudul "Sejarah Usaha Nyonya Meneer" setebal 250 halaman. Lima tahun kemudian, pada 11 Agustus 2007, buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris: Family Business-A Case Study of Nyonya Meneer, One of Indonesia’s Most Successful Traditional Medicine Companies.