Tutup Pospenas, Menag Ajak Santri Waspadai Paham dan Gerakan Mengancam NKRI

By Admin

nusakini.com--Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren tingkat Nasional (Pospenas) ke-VII di Serang, Banten, resmi ditutup oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Berbeda dengan sebelumnya, even tiga tahunan yang diikuti oleh para santri pondok pesantren utusan dari provinsi seluruh Indonesia ini kali bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. 

Menag berpesan agar para santri menjadikan momentum Sumpah Pemuda ini untuk meningkatkan sinergitas kesantrian dan kepemudaan. Menurutnya, santri merupakan elemen penting dari pemuda dan pemuda harus berani tampil di depan baik dalam memperjuangkan maupun mengisi pembangunan demi menegakkan NKRI. 

"Waspadai segala upaya, pemahaman, dan gerakan yang mengatasnamakan agama tetapi sesunguhnya mengancam pancasila dan NKRI, meruntuhkan sendi sendi dan pilar kebangsaan dan kenegaraan kita," pekik Menag Lukman disambut tepuk tangan ribuan santri yang memadati halaman depan Masjid Al Bantani, Kantor Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Serang, Jumat (28/10) malam. 

Hadir dalam kesempatan ini, Sekda Provinsi Banten, Ketua Harian Panjatapnas Pospenas, Dirjen Pendidikan Islam, para Kepala Kanwil Kemenag Provinsi, serta ribuan santri pondok pesantren. 

"Saya mendorong kaum santri terus berkiprah berprestasi dan berdedikasi dengan semaksimal mungkin," tambahnya. Menurut Menag, substansi dari sebuah pertandingan, bukan hanya menjadi juara. Lebih dari itu, nilai kejujuran dan sportifitas juga merupakan esensi kenapa banyak cabang olahraga dan seni dipertandingkan. 

Pospenas VII menjadi puncak rangkaian Peringatan Hari Santri tahun 2016 yang diadakan oleh Kementerian Agama. Kepada para santri, Menag mengingatkan kembali pesan Presiden Joko Widodo agar para santri menghormati, meneladani, dan menjunjung tinggi nilai kebangsaan sebagaimana dicontohkan KH Hasyim Asyari, pencetus Rasolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Santri. 

"Resolusi jihad dikumandangkan sebagai jawaban ulama pesantren bahwa membela tanah air dari penjajah hukumnya wajib atas dasar agama. Resolusi jihad tidak semata membela agama, tapi juga membela Negara Kesatuan Republik Indonesia," tandas Menag. 

Penutupan Pospenas VII ditandai dengan pemukulan Terbang Gede oleh Menag Lukman, didampingi Sekda Provinsi Banten, Ketua Harian Panjatapnas, Dirjen Pendidikan Islam, dan Kakanwil kemenag Banten. Tergang Gede merupakan alat tradisional yang menjadi simbol kematangan masyarakat Banten dalam menjalankan ibadah. 

Pospenas VII di Serang Banten diikuti oleh 2.826 santri pondok pesantren, terdiri dari 1.654 (58.5%) santri laki-laki dan 1.172 (41.47%) santri perempuan. Dari jumlah itu, sebanyak 1.905 santri mengikuti cabang olah raga, sedang 921 santri mengikuti pertandingan bidang seni. 

Provinsi Banten berhasil menjadi juara umum pada Pospenas VII Tahun 2016. Tuan rumah meraih 42 Medali, terdiri dari 19 medali emas, 9 perak, dan 14 perunggu. Kontingen Jawa Barat menjadi terbaik kedua dengan total medali yang sama, yaitu 42 medali, dengan komposisi berbeda. Para santri dari pesantren Provinsi Jawa Barat meraih 13 emas, 18 perak, dan 11 perunggu. Berada pada urutan ketiga, kontingen dari provinsi Jawa Timur dengan 11 medali emas, 11 perak, dan 10 perunggu (32 medali). 

Secara berturut-turut, kontingan berikutnya yang masuk dalam 10 (sepuluh) besar adalah Jawa Tengah (9 emas, 8 perak, 5 perunggu), Bali (9 emas, 3 perak, 9 perunggu), DI Yogyakarta (7 emas, 8 perak, 12 perunggu), DKI Jakarta (4 emas dan 1 perak), Sumatera Utara (3 emas, 8 perak, 8 perunggu), Riau (3 emas, 7 perak, 5 perunggu), dan Kalimantan Timur (3 emas, 2 perak, 1 perunggu).(p/ab)