Survei SMRC: Pemilih Jokowi Cenderung ke Ganjar, Menyusul Prabowo

By Admin


nusakini.com - Jakarta - Survei terbaru Pemilihan Presiden (Pilpres) kembali dirilis Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Survei kali ini menyorot tren pemilih Jokowi pada Pilpres 2019. Dalam survei tersebut terdapat perebutan dukungan antara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

“Pada Pilpres 2019, jumlah mereka banyak, 55 sekian persen. Sementara kita semua tahu Pak Jokowi tidak bisa maju lagi. Jadi pertanyaannya, suara pemilih tersebut akan ke mana?” kata Saiful Mujani dalam siaran persnya, Jumat (3/6/2022).

Dalam paparannyan Saiful menyampaikan jadi perubahan tren pemilih Jokowi dalam kurun waktu satu tahun terakhir yang awalnya 2019 mendukung Ganjar. Namun, beberapa bulan terakhir ada yang berbalik mendukung Prabowo.

Hal itu perlu dipahami, kata Saiful, untuk siapapun yang akan bertarung di Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Pasalnya, memahami perilaku pemilih Jokowi-Ma’ruf Amin tidak bisa hanya didasarkan keputusan partai.

“Barangkali ada yang berasumsi seperti itu. Jokowi memang PDIP. Mungkin suara pemilihnya akan mengikuti suara PDIP. Itu asumsi kalau partai politik penting dalam pilpres,” jelasnya.

“Tapi, kekuatan PDIP kan sekitar 20 persen lebih dari total pemilih nasional. Untuk meraih 50 persen plus, butuh dukungan partai lain. Dan pemilih Jokowi di 2019 kan bukan hanya dari PDIP. Ada dari Nasdem, Golkar, dan lain-lain," sambungnya.

Dengan demikian, Saiful menjelaskan jika aspek-aspek dari partai selain PDIP juga perlu dihitung. Karena selama pemilihan presiden, peran tokoh sangat penting di tengah lemahnya hubungan pemilih dengan partai politik di Indonesia.

Preferensi Ganjar dan Prabowo dan Anies 

Dari survei-survei nasional tatap muka yang dilakukan SMRC selama setahun terakhir, Saiful menemukan bahwa mereka yang memilih Jokowi di Pilpres 2019, trennya cenderung memilih Ganjar. Meskipun ada juga yang bergeser ke Prabowo dan Anies Baswedan.

Dari Mei 2021 hingga Maret 2022, selama empat kali survei, Ganjar merebut paling banyak pemilih Jokowi. Dari 32,8 persen di Mei 2021, sempat melonjak 40,6 persen di Desember 2021, dan terakhir 36,9 persen di Maret 2022.

Prabowo meraih 24,6 persen di Mei 2021, turun 22,4 di Desember 2021, dan naik lagi menjadi 26,3 persen di Maret 2022. Sementar Anies meraih 23,8 di Mei 2021, dan 20,8 persen di Maret 2022.

“Jadi trenya, Ganjar selalu unggul. Kedua Prabowo. Sementara Anies cenderung statis. Sekarang peperangan terjadi antara Prabowo dengan Ganjar. Antara Desember-Maret, Prabowo naik 4 persen. Dan Ganjar turun 4 persen,” imbuhnya.

Selanjutnya, kata Saiful, bahwa preferensi pemilih Jokowi yang cenderung memilih Ganjar sebagai sesuatu yang wajar. 

“Walaupun Ganjar belum dikenal luas. Tapi basis Ganjar ini sama dengan Jokowi. Keduanya kuat di Jawa Tengah. Ganjar sekarang Gubernur Jawa Tengah,” jelasnya.

Lalu, mengapa Prabowo yang merupakan lawan Jokowi di Pilpres lalu mendapatkan limpahan suara lebih banyak daripada Anies? Ini terkait dengan hubungan kedua tokoh dengan Jokowi.

“Meskipun tadinya lawan di Pilpres, Prabowo belakangan bergabung di kabinet dengan Pak Jokowi. Sementara Anies tadinya di kubu Pak Jokowi, sempat diberhentikan oleh Jokowi dari posisi Menteri. Kemudian Anies belakangan membelot. Maju jadi gubernur dan didukung partai-partai yang bukan pendukung Jokowi," katanya.

Dengan data preferensi pemilih selama setahun terakhir ini, Saiful menduga selain ke Ganjar, suara pemilih Jokowi lebih ke Prabowo daripada ke Anies Baswedan.

“Itu bisa dilihat dari tren 4 bulan terakhir. Dari Desember 2021 ke Maret 2022. Prabowo mengalami kenaikan, dari 22,4 persen menjadi 26,3 persen. Sementara Anies cenderung statis,” jelas Saiful.

Menutup paparannya, Saiful mengatakan, sampai saat ini belum muncul nama lain di bursa calon presiden 2024.

“Itu kenapa kita pilih tiga nama ini, karena tiga ini yang paling kompetitif. Sementara yang lain masih nol koma,” tandasnya. (*)