Menyambut Era Emas Pertanian 4.0

By Admin


Oleh: Wahyudi, S.TP., M. Eng

Analis Ketahanan Pangan Pertama pada Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

nusakini.com - Dunia kini memasuki babak baru, babak dimana era digital yang dikenal dengan revolusi 4.0 merambah di semua lini kehidupan. Perkembangan revolusi industri dengan berbagai karakteristiknya berimplikasi terhadap perubahan lingkungan. Pada periode Revolusi Industri Jilid Pertama (1784-akhir abad ke-18), ditandai dengan pengenalan fasilitas mekanis penggunaan tenaga air dan uap, di periode ini alat tenun mekanis pertama di temukan. Revolusi Industri Jilid Kedua (1870 s.d awal abad ke-20), telah dikenalkan produksi massal berdasarkan pembagian kerja yang ditandai dengan produksi rumah potong hewan di Cincinnati, Ohio AS pada tahun 1.870-an. Revolusi Industri Jilid Ketiga (awal tahun 1970 s.d abad ke-21) telah dikenalkan penggunaan elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi produksi. Pada periode ini telah dihasilkan alat pengontrol logika terprogram pertama yang dikenal dengan Peripheral Component Interconnect (PLC) Modem 084-969. Dan saat ini, era Industry Jilid 4 sistem cyber-psysical menjadi dominan. Pada periode ini Konetivitas manusia, mesin dan data, waktu semakin sulit diprediksi, pengembangan mobile technology dari 2G hingga 4G terus dilakukan agar adaptif. 

Sejak tahun 1991 s.d 1998 teknologi 2G sudah mulai dikenal melalui jaringan GSM 2G-nya dan mampu mengirim message ke user. Pada periode selanjutnya 1998 s.d 2008 mulai digunakan 3G yang mampu mengirimkan teks dan fasilitas internet access. Pada era 2008 s.d 2019 mobile technology 4G frequencies sudah banyak dipakai dengan keunggulannya bisa mengirimkan teks, fasilitas internet access serta video call dengan jaringan LTE 4G. Bukan hanya itu saja, kedepan diprediksi kemampuan 4G akan mulai terkalahkan dengan 5G yang dikenalkan oleh Huawei, hal ini dapat dilihat pada penjulan produk-produk mobile. Pasaran smartphone dunia selama ini dikuasai oleh Samsung dan Apple, keduanya selalu menempati urutan pertama dan kedua sampai quartal kedua tahun 2018.

Namun tatanan tersebut telah berubah, penjulan smartphone Huawei mampu menyalip Apple mulai bulan Juni 2018 hingga quartal ketiga 2019. Berdasarkan catatan global smartphone sales tahun 2019, Samsung mencatat menorehkan penjualan 287 juta, disusul Huawei dengan nilai 229 juta, Apple yang sebelumnya diperingkat kedua setelah Samsung mulai terdegradasi ke urutan ketiga dengan angka 207 juta, disusul Xiaomi, Oppo, dan Vivo masing-masing 143 juta, 121 juta, dan 118 juta. Kemampuan 5G yang memiliki 4 keunggulan seperti pengiriman pesan, internet akses, ultra HD& 3-D Video serta smart home diprediksi akan mengubah tatanan layanan yang ada selama ini.

Indonesia Mulai Adaptif 

Pemerintah menyadari bahwa menjadi penikmat teknologi tidaklah menguntungkan, kini saatnya bangsa Indonesia harus menjadi pemain dirumah sendiri dan minimal bagi wilayah Asia Tenggara bahkan dunia. Bangsa ini 15 tahun kedepan akan memiliki bonus demografi yang cukup kuat dibanding dengan negara-negara sekitarnya. Jepang, Singapore, China, dan Thailnad diprediksi tahun-tahun ini telah kehilangan momentum menikmati bonus demografi.

Kesempatan ini rupanya mampu dibaca dengan baik oleh Bapak Presiden Joko Widodo, melalui roadmap yang disebut Making Indonesia 4.0, Jokowi telah membentuk Komite Industri Nasional atau yang lebih popular dikenal dengan KINAS yang anggotanya berasal dari lintas Kementerian/Lembaga, termasuk Kementerian Pertanian. Ada 5 sektor utama yang dipilih sebagai sektor fokus untuk Making Indonesia 4.0. Kelima sektor tersebut adalah: Makanan dan Minuman, Tekstil dan Busana, Otomotif, elektronik, dan Kimia.

A.T Keamey, World Bank, dan BPS menyatakan bahwa jika dilihat dari matriks effort dan impact yang ditimbulkan, maka sektor Pertanian dengan hasilnya (makanan dan minuman) memiliki prospek yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Oleh karenanya sektor ini akan menjadi penentu utama bagi peningkatan Produk Domestik Bruto dan ditargetkan akan menjadi kekuatan besar makanan dan minuman di pasar ASEAN.

Adaptasi Pertanian

Era Pertanian 1.0 ditandai oleh sistem pertanian tradisional yang semuanya masih menggunakan cara manual. Kemudian era 2.0 telah digantikan dengan teknologi mesin sederhana, herbisida, dan pestisida. Lebih lanjut, era 3.0 ditandai oleh teknologi mesin yang telah dimodifikasi dalam skala lebih luas, dan saat ini di era 4.0 diikuti oleh penggunaan sistem cyber, internet of things (IoT), dan kekuatan jaringan yang dapat digunakan untuk smart farming.

Era pengembangan pertanian digital 4.0 meningkatkan konektivitas dari mesin ke mesin, kesin ke cloud, dan cloud ke cloud sehingga memudahkan dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian.

Berbagai inovasi telah dicetuskan oleh anak-anak muda bangsa dalam pengembangan pertanian 4.0. Di bidang pemasaran misalnya, kehadiran e-commerce seperti Rego Pantes, Sayurbox, Etanne, Limakilo, dan Tanihub telah banyak digunakan untuk meningkatkan efisiensi dengan memangkas rantai pasok dari produsen ke konsumen, sehingga dirasa lebih efektif dan efisien.

Perkembangan era digital private sector rupanya belum didukung oleh kemampuan public sector, akselerasi birokrasi masih terkendala lama dan panjanganya jalur kewenangan. Tengoklah aplikasi layanan terbesar di Indonesia (GoJek) yang telah launcing pada tahun 2009 namun regulasi baru diselesaikan tahun 2019, dan ketika aturan di tuangkan sudah tidak adaptif lagi karena out of date.  

Berbagai layanan e-commerce yang hadir saat ini agaknya juga masih jauh dari adaptif. Kita selalu gagap dengan kemunculan teknologi inovasi dan bahkan tidak sedikit yang belum mengetahui perkembangannya.

Sejatinya banyaknya layanan digital yang sudah mulai berkembang sedikit banyak membantu dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani. Kehadiran Rego Pantes misalnya, petani memiliki posisi daya tawar yang tinggi dalam menentukan harga kepada konsumen dan mendapatkan harga terbaik, konsumen-pun merasa diuntungkan karena memperoleh barang yang diinginkan, akses terhadap pangan menjadi lebih mudah dan tentu dengan harga yang wajar. Ini hanya case saja, Bayangkan jika saat ini ada ratusan start-up di bidang pertanian maka tentu akan sangat signifikan bagi pembangunan pertanian dan ketahanan pangan nasional.

Era Emas Generasi Milenial, Jangan Ketinggalan Momentum: Harus Dimulai dari Squad Organisasi 

Saat ini ada 4 Generasi yang saling berdampingan, Generasi Pertama dikenal dengan Baby Boomers (populasinya 16,8%) lahir tahun 1946 s.d 1964. Generasi Kedua dikenal dengan Generasi X (populasinya 14,7%) lahir 1965 s.d 1976. Generasi Ketiga dikenal dengan generasi Milenial (Y Generation), lahir 1977 s.d 1995 jumlah populasinya mendominasi saat ini yang mencapai 34,5%, dan Generasi Z (populasinya 28,8%) lahir 1996 s.d 2010.

Sejatinya Kementerian Pertanian memiliki squad/team yang saat ini di dominasi oleh Generasi Milenial, generasi ini unik dan memiliki karakteristik sebagai digital native, mahir dalam teknologi (technology savvy), overload informasi, dan multitasking. Namun sayang, faktor iklim birokrasi dan kemauan agaknya membuat potensi yang dimiliki kurang bisa dimaksimalkan dengan baik.

Ekosistem kerja yang selama ini telah terbentuk harus mulai diubah dengan konsep Agile 4.0. Untuk mewujudkan hal tersebut, talent-talent di ASN Kementerian Pertanian harus disiapkan dengan baik dengan bimbingan dari The Coach. Talent yang sudah terbentuk pasti memiliki spesifikasi keahlian tertentu, sehingga kedepan akan dibentuk Tim, misal Mediagrafis Team (Infografis dan videografis), Start-up Team, Organization Team, Innovation Team, Farmers Tech Team, dan lain sebagainya. Dengan adanya talent yang sudah diwadahi dalam tim, maka fungsi organisasi kedepan akan lebih meningkat dan ekosistem/budaya kerja terbentuk dengan baik.


Alternatif Solusi Kedepan: Fokus pada Talent agar Adaptif

Kita mungkin memiliki laptop dengan harga puluhan juta dengan spesifikasi dan fitur yang sangat lengkap namun sayang hanya microsoft office word, power point, dan excel yang hanya dipakai. Kesiapan talent akan adaptasi teknologi informasi kerap menjadi bottle neck dalam mengembangkan dan meningkatkan performa organisasi di Kementerian Pertanian.

Presiden Jokowi dalam sambutan pelantikan presiden telah menekankan agar birokrasi dilaksanakan dengan luwes dengan memanfaatkan talent-talent yang ada. Oleh sebab itu, dalam rangka pengembangan potensi dan memunculkan talent squad SDM Pertanian maka diperlukan Pusat Inkubasi Adaptif Inovasi 4.0.

Dalam program inkubasi ini, talent-talent generasi milenial akan dibuat adaptif terhadap segala jenis perubahan dan perkembangan inovasi dari luar dan kemudian mulai diadopsi untuk kebutuhan birokrasi, bukan hanya itu saja, dalam program ini talent juga diberikan ruang untuk memunculkan bakat dengan berbagai kegiatan inkubasi.

Oleh sebab itu, setidaknya ada 3 program yang perlu dilakukan. Pertama, Adaptasi pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung tujuan organisasi melalui Coaching 2 Pekanan: Google Drive, Color Adobe, Amazing Presentation, Dongle, Team Viewer, Bar Code, Bit.Ly, Icon, Font, Menti Meter, Kahoot, Trello, Zoom, Freepik, Google Form, Google Formulir, Google Sheet, Survey Monkey, dll. Tools tersebut merupakan sarana efektif untuk memunculkan inovasi dan mendukung pekerjaan di kantor.

Kedua, Adaptasi Perkembangan Inovasi Start-Up berupa kegiatan innovation camp. Dalam kegiatan ini talent akan dibekali berbagai perkembangan start-up bidang pertanian untuk selanjutnya diadaptasi untuk menyiapkan perangkat open source dalam mendukung kemunculan start-up kelompok binaan/Gapoktan binaan pemerintah atau mendorong kerja sama Gapoktan dengan Start-up.

Ketiga, Adaptasi perubahan teknologi 5.0 untuk mendukung kinerja organisasi. Dalam kegiatan ini talent akan dibekali kemungkinan perkembangan digital dari 4.0 menjadi 5.0 untuk kemudian dapat diadopsi untuk meningkatkan performa organisasi.

Perubahan itu pasti, hanya waktu yang akan menentukan dan kesiapan kita mau memulainya. Peningkatan SDM ASN dengan pendekatan talent merupakan solusi bagi peningkatan dan pengembangan fungsi organisasi agar menjadi Agile, adaptif terhadap perkembangan inovasi. Era baru sudah dimulai, Era emas akan kita songsong Bersama demi mewujudkan pertanian berkelanjutan. 

LEADING THE FUTURE THROUGH AGILE ORGANIZATION