Menteri ESDM: Industri Energi Harus Efisiensi

By Admin

nusakini.com--Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan meminta kepada Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas dan PT Pertamina (Persero) lebih efisien dalam bekerja. Peningkatan efisiensi juga merupakan perintah langsung Bapak Presiden Republik Indonesia kepada PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha yang berbisnis di bidang energi. Pertamina sebagai leading operator milik nasional diharapkan dapat memberikan contoh langkah-langkah efisiensi dalam menjalankan industrinya. 

“Yang penting itu efisiensi, kita harus bisa membuat industri di oil and gas, industry energy semuanya itu makin lama makin efisien karena selling price-nya kita ga bisa mutusin,” ujar Ignasius Jonan di acara Pertamina Award 2016, 

“Saya minta Pertamina juga semangat untuk melakukan langkah-langkah efisiensi dan menurut saya juga amat sangat penting, kalau engga, yang lain ga ada, wong Bapak ga menentukan harga jual,”imbuh Jonan. 

Jonan menambahkan, jika Pertamina ditugaskan oleh Pemerintah mengelola blok-blok migas yang sudah selesai kontraknya, diharapkan biaya produksinya dapat lebih efisien. “efisiensi perlu dilakukan karena tidak banyak produk dari sektor ini yang dimana para produsennya itu bisa menentukan harga sendiri, jadi harga crude oil terus harga fuel harga gasoline harga semua produk tambang juga harga listrik itu ditentukan oleh pasar ditentukan oleh global market sehingga,” tambah Jonan. 

“Sebenarnya sebagai produsen atau operator atau badan usaha yang bekerja disektor ini, lalu gamenya itu apa. Kalau game-nya itu harga cruede naik, gasolinenya naik itu ga usah dipimpin oleh seorang professional. Tantangan yang paling penting itu menurut saya itu cost efisiensi atau cost managemen, itu penting sekali, kalau engga, kerjaannya ga ada, samasekali ga ada,” ujar Jonan. 

Iran dan Uni Emirates Arab (UEA) menurut Jonan adalah dua contoh negera yang telah menjalankan langkah-langkah efisiensi termasuk dalam pengelolaan energinya.” Iran itu semangat untuk mandiri dan semangat untuk efisiensi, itu luar biasa besar sekali,” Jonan. 

Di Uni Emirates Arab lanjut Jonan, akan dibangun dua pembangkit listrik, satu 150 MW dan yang kedua 200 MW yang energi dasarnya adalah sinar matahari. Pembangkit pertama itu tarifnya 2,99 sen per Kwh sedangkan di Indonesia yang membangun bisnis energi baru terbarukan termasuk Pertamina mintanya itu 14 sen. Pembangkit kedua itu harganya 2, 42 sen per Kwh. Sekarang UEA sedang membangun pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 5.000 MW dan mereka yakin jika sudah jadi tarifnya sekitar 2, 25 sen per Kwh. 

“Jadi UEA dan Iran itu meski tergolong negara kaya, namun mereka berjuang bagaimana negaranya bisa mendapat energi dengan harga yang paling kompetitif di dunia,” tutup Jonan. (p/ab)