Menpan RB Takjub Lihat Sapi Dan Padang Pengembalaan Di BPTU-HPT Padang Mangatas

By Admin


nusakini.com - Padang Mangatas,- Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Asman Abnur takjub melihat sapi-sapi yang dikembangkan di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Padang Mangatas milik Kementerian Pertanian. Didampingi oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita, Asman Abnur beserta rombongannya berkeliling meninjau langsung ke padang penggembalaan nan hijau yang membentang luas di perbukitan yang dipenuhi dengan sapi-sapi milik BPTU HPT Padang Mangatas, Jumat (13/10/2017).

BPTU-HPT Padang Mengatas merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI yang berada di daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat dengan luas areal 280 Hektar. Populasi sapi potong BPTU Padang Mangatas saat ini 1.387 ekor, jika dibandingkan tahun sebelumnya, total populasi sapi tersebut meningkat 20,95%.

Dalam kunjungannya tersebut, Menpan RB bercerita pengalamanya ketika pertama kali berkunjung ke salah satu UPT milik Kementerian Pertanian di Malang Jawa Timur yaitu Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB Singosari). "Saya mulai tertarik sejak pertama kali berkunjung ke UPT Kementan, yaitu BBIB Singosari di Malang. Dimana disitu, saya tahu proses pembibitan, terutama dalam memproduksi sperma beku dari sapi-sapi pejantan unggul, bagaimana IB (Inseminasi Buatan) dilakukan hingga ternak bisa bunting", ceritanya. “Selanjutnya, saya penasaran ingin melihat langsung UPT Pembibitan lainnya, sehingga direkomendasikan harus melihat Padang Mengatas, untuk itulah saya hadir di sini”, ungkapnya.

"Saya membayangkan andaikan ada lagi bukit-bukit seperti yang ada di BPTU-HPT Padang Mangatas ini di daerah lain, bukan hanya satu tapi ada 5, 6, dan seterusnya, maka betapa banyak sapi yang dihasilkan, dan kita tidak perlu lagi impor”, ujar Asman Abnur.

Dengan melihat sapi-sapi dan padang penggembalaan di BPTU HPT Padang Mangatas, Menpan RB berharap, semua BPTU-HPT di Indonesia disamping untuk menghasilkan bibit ternak yang unggul juga dapat dijadikan destinasi pariwisata. “Kita harus terus kembangkan pembibitan ternak seperti ini, jadi nanti orang datang bukan hanya melihat peternakan sapi potong, tapi juga menikmati suasana yang tidak kalah dengan suasana di New Zewland, seperti yang saya rasakan di UPT ini," ungkap Asman Abnur. 

Dalam kesempatan tersebut, Menpan RB juga menyampaikan dukungannya kepada Kementerian Pertanian, utamanya program Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting). “Terakhir saya berdialog dengan Bapak Mentan, sama-sama memikirkan bagaimana ke depan urusan pangan di Indonesia tidak lagi dihadapkan pada banyak kendala”, kata Asman Abnur. “Indonesia ini sangat potensial, tidak boleh lagi kita kalah dengan negara lain, peternakan kita harus maju”, tandasnya. “Mari kita tingkatkan kemampuan kita, kualitas layanan kita sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), supaya Indonesia tidak lagi bergantung pada impor”, tuturnya. Secara khusus Menpan RB menekankan sudah saatnya ASN diisi oleh orang-orang pilihan untuk bekerja profesional, semakin ketat persaingan untuk bisa diterima sebagai ASN. 

Terkait dengan PNS sebagai ASN, Menpan RB mengatakan agar kinerjanya harus terukur dan lebih baik lagi dari swasta. "Kita harus melakukan perubahan dari sesuatu yang baik menjadi lebih baik lagi untuk negara tercinta kita", tambahnya.

Dirjen PKH I Ketut Diarmita saat mendampingi kunjungan kerja tersebut juga menjelaskan, Kementan saat ini menetapkan target capaian bibit berkualitas terhadap 7 (tujuh) UPT Perbibitan di bawahnya. “Target capaian tersebut, bukan hanya kuantitas, tapi juga kualitasnya, untuk itu UPT Perbibitan saya tantang mampu mengelola tambahan sapi indukan di tahun 2018 agar kinerjanya optimal”, ungkap I Ketut Diarmita. "Kami terus mendorong Upsus Siwab di UPT, agar terlahir pedet dan raihan produksi sperma beku bisa melampaui target," ucapnya.

Selain itu I Ketut Diarmita juga menambahkan, Ditjen PKH Kementan melalui salah satu UPT di bawahnya, yaitu Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang telah berhasil memproduksi sapi Belgian Blue (BB) dari hasil penerapan teknologi IB (Inseminasi Buatan) dan TE (Transfer Embrio). Dengan melihat pedet-pedet hasil penerapan IB dan TE tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendorong pengembangan BB di Indonesia, yang diharapkan pada tahun 2019 akan dilahirkan BB sedikitnya 500 ekor. Apabila sapi BB dikembangkan berkelanjutan mampu memberikan kontribusi atas upaya pemerintah meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia melalui peningkatan mutu genetik ternak.

Lebih lanjut I Ketut Diarmita, menyatakan bahwa pengembangan BB bukanlah kegiatan insidentil, tetapi dilakukan berkelanjutan, dalam rangka peningkatan potensi produktivitas sapi potong melalui pengembangan composit genetik sapi BB dan Sapi Lokal Indonesia, sehingga terbentuk BBI yang tersertifikasi internasional sebagai sumber bibit BB di Asia.

Pada kesempatan tersebut Kepala BPTU-HPT Padang Mangatas Irwandi menjelaskan, BPTU-HPT Padang Mengatas yang dipimpinnya berkomitmen untuk menjadi pusat penghasil bibit sapi potong unggul nasional. Lebih lanjut Irwandi menyampaikan bahwa UPT yang dipimpinnya memiliki misi: (1). meningkatan populasi bibit potong, meningkatkan produksi dan produktivitas bibit sapi potong; (2). menyediakan bibit sapi potong unggul yang bersertifikat; (3). Mendistribusikan bibit sapi potong unggul, meningkatkan kualitas SDM aparatur dan pelaku usaha sapi potong; (4). melaksanakan pelayan teknis dan jasa di bidang sapi potong, dan; (5) menerapkan inovasi teknologi sapi potong. “Excellent Breeds Is Our Priority, itu adalah motto kami”, ujarnya

Menurut Irwandi, selain mengembangkan sapi jenis Simmental dan Limousin, BPTU-HPT Padang Mangatas juga melakukan pelestarian sumber daya genetik sapi lokal yaitu sapi pesisir. Sapi Pesisir ini mempunyai daya tahan tubuh terhadap beberapa jenis penyakit, tahan terhadap ektoparasit, tahan terhadap pakan berkualitas buruk, dan bisa beradaptasi baik dengan kondisi lingkungan yang marginal. “Sehingga bisa cepat beradaptasi, jika dipelihara oleh masyarakat”, ucapnya. (pr/eg)