Maya si Tekmas, Cegah Anak Putus Sekolah

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta- Kota Denpasar memiliki permasalahan di bidang pendidikan, diantaranya penduduk usia sekolah yang tidak pernah sekolah, putus sekolah, dan tamat SD/SMP tidak melanjutkan pendidikan. Hal tersebut mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk itu, Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga membuat inovasi Manajemen Layanan Anak Usia Sekolah Tidak Sekolah (ATS) Berbasis Teknologi dan Masyarakat (Maya si Tekmas). 

Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan lambatnya pertumbuhan IPM Kota Denpasar dapat diatasi melalui inovasi di bidang pendidikan. “IPM sekarang 83,3 persen, pertumbuhannya agak lambat sehingga perlu melakukan pendalaman masalah, salah satunya pendidikan,” ujarnya dalam tahap wawancara dan presentasi Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2020, di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), beberapa waktu lalu. 

Meskipun IPM Kota Denpasar dari tahun 2012 hingga kini tergolong tinggi dibanding kabupaten-kabupaten lain di Bali, namun peningkatan IPM Kota Denpasar tergolong lambat, dimana pada periode 2017 hingga 2018 hanya mengalami peningkatan 0,35 persen. Maya si Tekmas mampu meningkatkan harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang mempengaruhi parameter IPM. 

Inovasi ini dapat memberikan solusi dalam hal melakukan pendataan dan pengolahan data yang dilakukan secara terstruktur dan efektif karena berbasis teknologi. “Keunggulan Maya si Tekmas bisa mengidentifikasi, memverifikasi, dan memberikan pelayanan sesuai identifikasi tersebut,” jelas Rai Mantra. 

Setidaknya terdapat empat kegiatan utama yang dilakukan dalam implementasi inovasi tersebut. Pertama, melakukan penjaringan data ATS dengan melibatkan masyarakat secara aktif. ATS ini baik yang belum pernah sekolah ataupun putus sekolah pada usia 7-21 tahun. Kedua, melakukan verifikasi hasil pendataan ATS. 

Kemudian ketiga, memberikan layanan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan sasaran melalui program kesetaraan dan kursus keterampilan baik di satuan pendidikan, komunitas, dan home schooling. Keempat, memastikan siswa dapat menyelesaikan pendidikan sampai setara Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui pendidikan gratis dan beasiswa pendidikan. 

Layanan pendidikan disesuaikan untuk tiga kelompok masyarakat dan seluruhnya dilayani dengan menghadirkan tutor atau guru dengan perangkat belajar dalam bentuk mobil belajar. Warga yang dapat mengakses satuan pendidikan akan belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terdekat. Warga belajar yang terkendala dalam mengakses satuan pendidikan akan mengikuti kelompok belajar disekitar warga, sementara warga dengan alasan tertentu harus mengikuti pembelajaran secara individual (home schooling). 

Rai Mantra menjelaskan pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kualitas inovasi Maya si Tekmas. Kedepannya akan tersedia manajemen talenta dan ekonomi mikro dengan memberikan pelatihan. “Setelah pendidikan, masuk ke tingkat life skill, artinya mengurangi pegangguran dan untuk bonus demografi,” pungkasnya. (p/ab)