Kemenag Rilis Bali Interfaith Movement sebagai Ikhtiar Jaga Harmoni Sosial dan Lingkungan

By Admin


nusakini.com, Denpasar Selatan - Bali Interfaith Movement (BIM) resmi diluncurkan sebagai inisiatif gerakan lintas iman yang bertujuan memperkuat harmoni sosial dan menjaga kelestarian lingkungan.

Dalam konferensi pers yang digelar di Denpasar Selatan pada Minggu (15/12/2024), para pembicara menekankan pentingnya kolaborasi lintas iman dalam menghadapi tantangan global, seperti krisis dehumanisasi dan perubahan iklim.

Pelaksana Tugas Direktur Urusan Agama Islam Kementerian Agama (Kemenag), Ahmad Zayadi mengatakan, BIM merupakan langkah kolektif untuk merajut kebinekaan dan membangun kesadaran sebagai warga bangsa. "BIM adalah upaya membangun kesadaran kolektif sebagai warga bangsa untuk merajut semangat kebangsaan, merawat kebinekaan, dan membangun harmoni," ujar Ahmad Zayadi.

Menurut Zayadi, dunia menghadapi tantangan serius berupa dehumanisasi dan dampak perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. Ia menegaskan, agama memiliki pesan kuat untuk menjawab tantangan tersebut, terutama melalui aktor layanan keagamaan.

“Peran aktor layanan keagamaan sangat penting untuk mentransformasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan manusia. Mereka harus menjadi teladan (uswatun hasanah) di tengah masyarakat,” katanya.

Zayadi juga mengatakan, ajaran Islam memuat pesan penting tentang pelestarian alam. "Sebagai khalifah di muka bumi, manusia memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga keseimbangan alam dan memastikan keberlanjutannya," jelasnya.

Sementara itu, Menteri Agama Periode 2014-2019, Lukman Hakim Saifuddin menyebut, persepsi negatif terhadap agama sering kali timbul akibat kesalahan manusia dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama. "Kalau agama dipersepsi destruktif atau negatif, itu pastilah cara manusia memahami dan mengamalkan ajaran agama, bukan agamanya. Agama itu sendiri adalah ajaran yang maha sempurna," tegas Lukman.

Ia mengungkapkan, BIM menjadi ruang penting untuk mendorong moderasi beragama guna menciptakan harmoni sosial sekaligus menjaga lingkungan.

Koordinator Nasional Gusdurian, Alissa Wahid yang juga hadir dalam acara itu mengungkapkan, BIM sejalan dengan nilai-nilai Gus Dur yang mendukung demokrasi dan kerja sama lintas iman. “Jaringan Gusdurian selalu berbasis pada komunitas lintas iman. Kami percaya bahwa agama dapat menjadi solusi atas tantangan global, termasuk konflik lintas agama dan krisis iklim,” ungkap Alissa.

Alissa juga menjelaskan bahwa Gusdurian bersama perguruan tinggi keagamaan Kemenag telah aktif menggelar berbagai program lintas iman, seperti deklarasi Istiqlal dan universal reflection journey, untuk memperkuat keberagaman. “Kami terus menghidupkan semangat keberagaman untuk menata masa depan yang lebih baik,” tambahnya.

Direktur Urusan Agama Katolik Kemenag, Aloma Sarumaha, menekankan pentingnya moderasi beragama dalam merajut persatuan lintas iman. Ia menyebut, moderasi sebagai jembatan untuk menjaga nilai kemanusiaan dan lingkungan.

Kanselir Unity In Diversity (UID) Creative Campus, Sunyoto, turut memaparkan kontribusi UID dalam BIM melalui pelaksanaan acara Tri Hita Karana, sebuah inisiatif yang mengintegrasikan nilai kebangsaan dalam konteks global.

Konferensi ini menjadi momentum penting dalam menguatkan kolaborasi lintas iman untuk menghadapi tantangan global sekaligus menjaga harmoni sosial dan kelestarian lingkungan. (*)