Fenomena Bunga Di Masa COVID-19

By Abdi Satria


Oleh: Mirdan Midding To Supu

Anak Pallopa Di celah gunung

Mengingatkan masa kecil kita, disebuah titik desa yang mungkin tak ada dalam peta, namun ada di hati kita dan tak akan lekang oleh waktu.

Kampung Pallopa, mengingatkan saya sosok indo, nenek, ibu, paman, dan mama yang walaupun kami tdk lahir dari rahimnya, dan sosok sosok yg begitu banyak memberi arti dalam perjalanan hidup.

Mandi di sungai, seakan sukma menyatu dengan alam, riak riak air gemercik, seakan mengingatkan saya kembali ke titik awal kehidupan damai masa kecil di rerimbunan pohon, hamparan sawah, kehangatan keluarga.

Kuingat bunga kembang doa itu, kuingat bunga matahari, kuingat bunga tahi ayam itu, senyum sendiri, ketika fenome bunga saat Pandemi covid 19 sedang mewabah.

Corona, membawah petaka atau sebuah berkah?

Corona, ebola, malaria, dan jutaan virus yg ada di sekitar kita, suatu saat corona ini akan landai sama dengan virus yg lain. Namun fenomena sosial akan terus membangun cerita versi lain.


Bunga masa pandemi, sebuah nilai baru, sebuah komitmen hidup, bahwa kita harus survive di tengah ketakutan dunia. Bunga simbol itu, bukan batu akik yg dulu menjadi diamond kehidupan.

Ambil hikmah jaga keluargamu, kehidupan tdk akan berhenti, akan terus beranjak meninggalkan kisah kisah kita, pahit, manis itulah hidup, Tomorrow never come, bila hari esok tak kembali, maafkan saya, maafkan ibu bapak saya, maafkan seluruh keluarga saya, pemaaf itu adalah BUNGA PANDEMI.