Catatan M. Nigara: Plooong, di Jumat Barokah

By Abdi Satria


BEGITU ucapan beberapa sahabat saat menyaksikan dan membaca berita online terkait Menpora, Zainudin Amali dan Ketum PSSI, Mochamad Iriawan, tampil di hadapan media dengan damai, Jumat (3/7). Bahkan, keduanya menyatakan akan berbagi tugas dan saling mendukung.

Ploooong, lega. Itu juga yang langsung dirasakan oleh para sahabat saya. Maklum, sudah hampir tiga minggu, ada pihak tertentu yang terus 'menggoreng' dengan membuat seolah-olah telah terjadi perselisihan tajam di antara keduanya.

Bahkan, saat Menpora, Zainudin Amali mengumumkan hasil ratas dengan Presiden Jokowi, ada saja yang menuding pemerintah telah mengambil alih. Padahal, menpora menjelaskan dengan terang-benderang tentang dana APBN yang digunakan, dan ada pelajaran sangat berharga serta tidak boleh terulang lagi yakni Asian Games 2018.

Diakui atau tidak, orang bisa berasumsi bahwa pernyataan pemerintah telah mengambil alih memiliki tujuan tertentu. Beberapa sahabat menegaskan hal itu jelas ingin agar ada reaksi dari PSSI. Lalu, ya ada gonjang-ganjing tentunya. Jika itu terjadi, maka penggiringan ke arah pertentangan dibesarkan.

Jadi, alhamdulillah ketika keduanya bisa tampil bersama dalam suasana yang luar biasa bersahabat. Satu steep penting sudah dilewati dengan baik, dan mudah-mudahan menjadi langkah kanan untuk selanjutnya, aamiin.

Mirip

Jujur, situasi tiga minggu sebelumnya mengingatkan saya pada dua situasi berbeda. Tahun 2009, dan 2015, saat itu ada upaya menekan dan upaya perlawan. Malah 2009, PSSI sempat didemo selama hampir sembilan bulan sebelum akhirnya ada KLB. Nah, begitu pula 2015, nyaris serupa. Ujungnya KLB juga.

Nah, kedua kasus itu diawali dengan situasi yang mirip sekalinya dengan situasi selama tiga minggu sebelum jumat barokah itu. Beruntung baik Menpora maupun Ketum PSSI, sama-sama menyadari hal itu.

Keduanya sama-sama tidak terpancing. Utamanya Menpora Zainudin Amali yang sejak awal memasuki kantor Gerbang Pemuda, Kantor Kemenpora, berkomitmen: "Pemerintah (Kemenpora) tidak akan mencampuri urusan domestik cabor, dan pemerintah hanya akan menjadi fasilitator yang baik, " katanya.

Sementara terkait Piala Dunia U20, Mei 2021, pemerintah memang perlu masuk semata-mata untuk menjaga APBN agar dalam penggunaannya tidak terjadi kesalahan. Lagi pula, saat FIFA menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah, peran pemerintah sangat besar. FIFA mempersyaratkan adanya jaminan tertulis dari pemerintah yang ditandatangani oleh Presiden Jokowi. Tanpa jaminan itu, bisa dipastikan Peru-lah yang dipilih.

Jadi, menurut hemat saya tidak ada yang keliru jika pada akhirnya Jokowi menunjuk Menpora memimpin Organizing Committee . Sampai di situ, harusnya semua pihak bisa menyadari dan memahami. Tapi, kita tidak bisa memaksa orang untuk selalu sama dalam memandang satu persoalan.

Sekali lagi, mudah-mudahan kisah Jumat barokah sungguh bisa menjadi titik awal bagi kita semua untuk bersiap diri. Menpora dan ketum PSSI bisa terus bergandengan tangan hingga Piala Dunia U20, 2021 itu berakhir. Mudah-mudahan pula 'perseteruan' Shin Tae Yong dengan pihak tertentu juga bisa segera berakhir. Dan pelatnas bisa segera berjalan kembali dengan kondisi yang baik.(*)