Catatan M. Nigara Menyongsong Piala Dunia U20, Mereka Yang Beruntung Tampil Di Piala Dunia (Bagian 1)

By Abdi Satria


DI PSSI, banyak mantan pemain nasional. Banyak nama beken terlahir. Banyak juga legenda bermunculan. Tapi, hanya sedikit di antara mereka yang beruntung.

Beruntung? Ya, beruntung. Tidak banyak pemain nasional bahkan legenda sepakbola dari negara mana pun yang memiliki kesempatan bisa tampil di piala dunia. Secara individu atau tim, mungkin saja kemampuan mereka mumpuni, tapi ada faktor lain yang membuat mereka tidak bisa tampil.

Piala dunia adalah event tertinggi dalam seluruh kegiatan sepakbola. Satu piala dunia, mampu mengalahkan apa pun yang diperebutkan di planet bumi. Dan Piala dunia adalah harapan dan impian bagi seluruh pemain bola.

Jadi, siapa pun yang pernah membela Indonesia di ajang sepakbola apa saja, boleh menyebut dirinya mantan pemain tim nasional. Media dan para penggemar boleh saja menyebut seseorang adalah bintang. Dan siapa saja boleh juga dijuluki sebagai seorang legenda. Tapi, ketika dia belum pernah tampil di Piala Dunia, junior apalagi senior, mereka dapat dikategorikan sebagai pemain yang biasa-biasa saja.

Di bawah ini adalah daftar pemain nasional Indonesia yang beruntung bisa tampil di Piala Dunia 1979, Tokyo.

Kiper: Endang Tirtana, Fachrizal.

Belakang: Eddy Sudarnoto, Imam Murtanto, Didik Darmadi, Nus Lengkoan, Tommy Latuperissa.

Tengah: Memed Permadi, Budi Tanoto, Arief Hidayat, Mundari Karya, Subangkit.

Depan: Bambang Irianto, David Sulaksmono, Pepen Rubianto, Bambang Sunarto, Bambang Nurdiansyah, Syamsul Suryono.

Mauli Saelan (manajer), Sutjipto Suntoro (pelatih), Madjid Umar (asisten).

Politik

Masuknya Indonesia ke Piala Dunia Junior 1979, di Tokyo, murni karena politik. Irak yang menjadi runner-up mendampingi Korsel yang lolos babak penyisihan, menolak terbang ke Jepang. Begitu juga Korea Utara, meski negara itu memang punya hak untuk menggantikannya.

Kedua negara itu tak mau tampil di Piala Dunia Junior 1979, karena persoalan politik. Seperti kita tahu, FIFA memiliki kontrak dengan perusahaan minuman ringan asal Amerika, Coca Cola di kejuaraan dunia. 

Sebelum memutuskan melepas haknya di babak final piala dunia kedua negara itu meminta agar FIFA menanggalkan sponsor dari Amerika. Satu permintaan yang mustahil untuk dipenuhi. Baik Irak maupun Korut saat itu sangat memusuhi Amarika. 

Akibat kekosongan itu, FIFA lalu menunjuk Indonesia karena menjadi negara yang posisi di perdelapan final paling baik.

Sayang, di putaran final, tim nasional kita tak mampu berbuat apa pun. Bagaimana penampilan Bambang Nurdiansyah dan kawan-kawan di Tokyo?

Ikuti terus kisah selanjutnya....

M. Nigara

Wartawan Sepakbola Senior