Brasil Dakwa Tiga Pria atas Pembunuhan Jurnalis Inggris dan Pakar Pribumi

By Nad

nusakini.com - Internasional - Pihak berwenang di Brasil telah mendakwa tiga pria dengan "pembunuhan ganda yang diperparah dan penyembunyian mayat" setelah hilangnya jurnalis Inggris Dom Philips bulan lalu dan pakar pribumi Brasil Bruno Pereira.

Amarildo da Cosa Oliveira, Oseney da Costa de Oliveira, dan Jefferson da Silva Lima diproses sebagai terdakwa atas kejahatan yang dilakukan di Lembah Javari, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor kejaksaan federal pada hari Jumat (22/7).

Jurnalis veteran Phillips dan ahli adat Pereira menghilang pada 5 Juni dalam perjalanan ke bagian barat jauh negara bagian Amazonas. Kematian mereka di wilayah terpencil telah menarik perhatian global terhadap bahaya yang sering dihadapi oleh jurnalis dan aktivis lingkungan di Brasil.

Seorang hakim pengadilan federal di Amazonas mencabut kerahasiaan seputar rincian kasus pada hari Kamis (21/7).

Amarildo dan Jefferson diduga mengakui kejahatan itu pada bulan Juni dan Amarildo memimpin pihak berwenang ke mayat-mayat itu. Namun, partisipasi Oseney ditetapkan melalui pernyataan saksi, menurut kantor kejaksaan federal.

"Sudah ada catatan ketidaksepakatan antara Bruno dan Amarildo atas penangkapan ikan ilegal di wilayah adat," kata pernyataan itu.

"Apa yang memotivasi pembunuhan itu adalah fakta bahwa Bruno telah meminta Dom untuk memotret perahu terdakwa."

Pereira tersirat telah menjadi target kejahatan, sementara Philips "dibunuh hanya karena bersama Bruno," untuk "untuk memastikan impunitas atas kejahatan sebelumnya," kata pernyataan itu.

Phillips dan Pereira sedang melakukan penelitian untuk proyek buku tentang upaya konservasi di wilayah tersebut, yang oleh pihak berwenang digambarkan sebagai "rumit" dan "berbahaya", dan diketahui menampung penambang ilegal, penebang, dan pengedar narkoba internasional.

Mereka terakhir terlihat di komunitas Sao Rafael, dua jam perjalanan dengan perahu dari kota Atalaia do Norte, setelah menemani patroli penduduk asli di sungai ItaquaĆ­ yang diselenggarakan untuk mencegah invasi dari nelayan dan pemburu ilegal di Tanah Adat Lembah Javari.

Mereka dilaporkan telah menerima ancaman pembunuhan hanya beberapa hari sebelum mereka menghilang.

Antara 2009 dan 2019, lebih dari 300 orang tewas di Brasil di tengah konflik lahan dan sumber daya di Amazon, menurut Human Rights Watch, mengutip angka dari Komisi Tanah Pastoral, sebuah organisasi nirlaba yang berafiliasi dengan Gereja Katolik.

Dan pada tahun 2020, Global Witness menempatkan Brasil sebagai negara paling berbahaya keempat untuk aktivisme lingkungan, berdasarkan pembunuhan para pembela lingkungan yang terdokumentasi. Hampir tiga perempat dari serangan semacam itu di Brasil terjadi di wilayah Amazon, katanya. (cnn/dd)