143 Mahasiswa PEPI Pemilik Masa Depan Pertanian

By Admin


nusakini.com - Kepala Balai Besar Pasca Panen Prayudi Syamsuri menyatakan 143 Mahasiswa Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) merupakan pemilik masa depan pertanian. Hal tersebut pada kuliah umum PEPI dengan tema “The Milennial Farmers Role For The Development of Post-harvest Technology For Agricultural Products” Selasa, (17/11).

Dalam kuliah umumnya Prayudi Syamsuri tantang 143 mahasiswa PEPI dapat lebih berinovasi dalam mengembangkan teknologi pasca panen. Kebiasaan seperti halnya untuk menghasilkan satu piring beras nasi itu membutuhkan 400 liter air. Hal tersebut merupakan merupakan tantangan kita bagaimana dalam melakukan produksi lebih mengefisiensikan air,” Tegas Prayudi Syamsuri Kepala Balai Besar Pasca Panen. 

Perkembangan teknologi saat ini sangatlah cepat sehingganya mahasiswa PEPI merubah kebiasaan kebiasaan lama menjadi form farm to table. Mahasiswa untuk membangun inovasi-inovasi baru dimana inovasi teknologi dari ladang sampai ke atas meja. Diamana mahasiswa untuk menyelesaikan masalah yang selama ini kita alami seperti halnya Kehilangan hasil (Food Losses), Sistem pengelolaan pada transportasi domestik dan ekspor, Sistem Logisitik Pangan, Teknologi yang adaptif terhadap perubahan iklim, makanan olahan tanpa pengawet, tidak mengubah cita rasa, tidak mengurangi kandungan gizi, Aksesibilitas Pemanfaatan ICT hingga Teknologi ramah gender dan anak.

Prayudi Syamsuri menyatakan bahwa mahasiswa untuk menggambil peran dalam gerakan nasional. Tujuannya adalah yang pertama tentu meningkatkan produksi yang kedua meningkatkan ekspor. Diharapkan mahasiswa PEPI mengambil peran termasuk juga masih berpikir bagaimana meningkatkan produksi dan bagaimana meneliti atau memberikan sumbangsih pemikiran untuk meningkatkan ekspor.

Gerakan yang perlju dilakukan mahasiswa selaku anak milenial melakukan gerakan dekat AEON mengajak masyarakat untuk makanan 1 nasi 400 liter, yang tujuannya untuk tidak ada lagi terbuang makanan dan air. 

Disisi lain mahasiswa juga ditantang untuk menerapkan teknologi pasca panen serta pengolahan hasil. Dengan meningkatkan efisiensi dan kualitas dengan menurunkan surut hasil serta memprioritaskan produksi, Harvesting dan processing. Dalam pengolahan hasil diharapkan kita dapat mengutamakan mempertahankan kesegaran produk dengan menurunkan kerusakan, hal tersebut dapat terwujud dengan kita memprioritaskan Packaging, Storaging dan Coating.

Berbagai teknologi pascapanen pertanian yang ada saat ini diperkenalkan dalam kuliah umum diantaranya teknologi penanganan pascapanen diantaranya Jagung dengan Deteksi Cepat Aflatoksin, cabai dengan Teknologi Ozonisasi, Teknologi CAS, Teknologi Modified Atmosphere Storeage (MAS). Sedangkan dalam inovasi kemasan pangan diantaranya Biofoam dari ampok jagung, TKS, nanas, sorgum, ubi kayu, dll. 

Mengahiri kuliah umum, mahasiswa diperkenalkan hasil penelitian unggulan Kementerian Pertanian yang hingga saat ini masih digunakan diantarannya Teknologi Curing dan Penyimpanan untuk Mempercepat Pematahan Dormansi Benih Bawang Putih. Dalam teknologi ini mempercepat proses curing bawang putih saat musim hujan dari 10-15 hari menjadi 4-5 hari dan teknik penyimpanan thermal shock mempercepat pematahan dormansi benih dari 5-6 bulan menjadi1,5 bulan dengan daya tumbuh lebih baik dibanding cara konvensional.(*)