Prof Nurdin Abdullah Terus kunjungi Daerah Terisolir

By Admin


nusakini.com - Luwu Timur - Mayoritas masyarakat di lima Desa di seberang Danau Towuti hanya percaya kepada Calon Gubernur Nomor Urut 3 Prof HM Nurdin Abdullah yang mampu membangun infrastruktur jalan di tempat mereka.

Lima desa penghasil marica terbesar di Sulsel itu adalah Rante Angin, Desa Loeha, Desa Bantilang, Desa Masuku, dan Desa Tokalimbo. 

Mayoritas warga desa di seberang Danau Towuti ini kebanyakan petani marica. Di lokasi desa mereka lalu lalang mobil dobel kabin, fortuner, dan Pajero untuk menyesuaikan dengan kondisi infrastruktur jalan tanah di tempat mereka.

Kalau dari Malili, ibukota Luwu Timur, mereka harus melalui jalan provinsi yang rusak. "Kalau pakai kapal dua jam. Sedangkan menggunakan jalan darat membutuhkan waktu tiga jam dari Malili," jelas Hamid Natsir, tokoh masyarakat Towuti.

Menurut Hamid Natsir, hanya Prof HM Nurdin Abdullah yang mampu membangun infrastruktur dan perekonomian daerah di seberang Danau Towuti. "Prof (Nurdin Abdullah) dari semua calon gubernur (Sulsel) yang memiliki pengalaman kerja nyata di Bantaeng. Saya ragu dengan yang lain karena belum terbikti meski pernah menjadi bupati," jelasnya.

Menurut Hamid Natsir, belum jadi gubernur saja, Prof HM Nurdin Abdullah sudah datang di Bantilang dan empat desa tetangganya.

Dalam dialog dengan masyatakat desa di lima desa di seberang danau Towuti, Calon Gubernur Sulsel Nomor Urut 3 Prof HM Nurdin Abdullah menjelaskan, agar perekonomian di lokasi ini berkembang pesat, Danau Towuti harus ditata menjadi daerah tujuan wisata andalan. 

"Ini Danau Towuti sangat indah. Sisa ditata dan dibangun infrastruktur. Ini potensi pariwisata yang luar bisa indah," jelas Prof Nurdin Abdullah.

Menurut bupati yang sukses membangun Bantaeng Prof HM Nurdin Abdullah, untuk memajukan daerah seberang Danau Towuti harus dibangin dan dibenahi infrastruktur. "Jalan harus diperbaiki. Pasar harus ada. Kapal penyeberangan harus ditambah. Harus dilengkapi kapal supaya bisa setengah jam saja," jelas Prof Nurdin Abdullah. (p/ma)