Naknik : Bukan Ibu Rumah Tangga Biasa

By Admin


Nusakini.com--Yogyakarta--Alih-alih berdiam di rumah, 11 ibu rumah tangga di Desa Berdaya Brontokusuman membuat bermacam kegiatan untuk memberdayakan diri dan lingkungan sekitar.

Setelah bertahun-tahun hanya berkumpul dalam sebuah majelis taklim, akhirnya mereka menerima bantuan dari Rumah Zakat untuk membentuk sebuah kelompok pemberdaya, yaitu NakNik. 

NakNik sendiri diambil dari kata “pernakpernik”, sesuatu yang dianggap mewakili kata kreativitas serta mudah diingat dan diucapkan. 

“Kami awalnya hanya kelompok majelis taklim yang kemudian terpikir untuk membuat sesuatu yang lebih berguna untuk diri dan masyarakat,” ucap Uut, salah satu penerima manfaat yang juga berperan sebagai penggagas. 

Berbagai pelatihan seperti memasak,beauty class, sulam pita, hingga parenting sudah dilaksanakan oleh NakNik. Selain diisi oleh anggota NakNik yang mempunyai keahlian, seringkali mereka juga menghadirkan pembicara dari luar yang juga ahli di bidangnya masing-masing. 

Meski pemberitahuan pelatihan yang diadakan oleh NakNik hanya melalui facebook dan broadcast whatsapp,ternyata banyak ibu rumah tangga yang antusias untuk mengikutinya. Bukan hanya dari Brontokusuman, tapi peserta pelatihan juga ada yang berasal dari tetangga desa yang cukup jauh. 

“Baru-baru ini kami baru mengadakan diskusi tentang stunting denganmenghadirkan ahli gizi yaitu Bunda Pramitha Sari yang mendapat tanggapan luar biasa dari para peserta. Bahkan mereka diperbolehkan konsultasi secara pribadi, sehingga acaranya pun berlangsung dari pukul 13.00 sampai 19.00,” ungkap Uut. 

Hingga saat ini pelatihan yang dilakukan oleh NakNik masih gratis, kalaupun berbayar uangnya digunakan untuk membeli bahan ajar yang diperlukan. Perlahan-lahan NakNik mulai dikenal di Brontokusuman dan sekitarnya. Belum adanya kurikulum yang dibuat dengan jelas menyebabkan materi-materi pelatihan yang dibuat setiap dua pekan sekali masih tidak pasti. 

“Tentunya NakNik ini masih sangat banyak kekurangan, kedepannya kami ingin membuat kurikulum sehingga pelatihannya bisa berkelanjutan, dan hal tersebut memerlukan dana yang tidak sedikit. Pelan-pelan sedang kami rintis saat ini,” tambah Uut. (R/Rajendra)