Mengenal Budaya Maritim Melalui Festival Film

By Admin

nusakini.com--Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Kemaritiman menyelenggarakan Festival Film Pendek Kemaritiman dan Festival Film Dokumenter Pelajar. Sebanyak 30 film terpilih sebagai finalis dalam Malam Anugerah Budaya Maritim 2017 yang diselenggarakan di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud, Jakarta, belum lama ini.

Pengumuman untuk juara pertama dibacakan oleh sutradara Dennis Adhiswara dan DJ Riri. Juara 1 Festival Film Pendek Kemaritiman 2017 diraih oleh film Kalase, karya Arch Screenplay dari Ternate, Maluku Utara. Film Kalase bercerita tentang kehidupan para nelayan masyarakat Pulau Hiri, Maluku Utara, menggantungkan mata pencahariannya dari hasil laut dengan menggunakan jaring kalase.

Sejak pemerintah melarang penggunaan kalase karena dapat merusak terumbu karang, masyarakat Pulai Hiri banyak yang mengalami krisis ekonomi. Laut merupakan sumber kehidupan yang utama bagi mereka. Masyarakat Pulau Hiri sangat berharap pemerintah dapat memperhatikan kesejahteraan masyarakat Pulau Hiri. Kemudian juara 1 Festival Film Dokumenter Pelajar diraih oleh pelajar SMAN 1 dan SMAN 6 Leihitu dari Maluku Tengah, Provinsi Maluku, dengan film berjudul Sewa. 

Dua aktor cilik yang berperan di film Pengabdi Setan, yakni Nasar Anuz dan Endy Arfian, membacakan nominasi dan pengumuman juara 2. Juara 2 Festival Film Pendek Kemaritiman 2017 diraih oleh Indonesia A Maritime Heaven In The Equator, karya M. Yusuf Fadhillah Nasution dari Jakarta. Juara 2 Festival Film Dokumenter Pelajar disabet oleh siswa SMAN 3 Gorontalo dengan film berjudul Keindahan yang Dipetik. 

Pembacaan nominasi sekaligus pengumuman untuk juara 3 dilakukan oleh grup band D’Masiv yang juga tampil sebagai pengisi acara. Juara 3 Festival Film Pendek Kemaritiman 2017 diraih oleh film Transplantasi Terumbu Karang Pulau Badul, dari Banten. Kemudian juara 3 Festival Film Dokumenter Pelajar diperoleh Pecalang Segara, karya Elin Yulianti Mariam Wahyudi. 

Untuk Festival Film Pendek Kemaritiman 2017, ada 10 film yang terpilih sebagai finalis, yaitu Pahlawan Konservasi , karya Muhammad Kurniawan, dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau; Cita-Citaku, karya SD An Nisa, Pondok Aren, Banten; Kalase, karya Arch Screenplay dari Ternate, Maluku Utara; Lautan Penuh Harapan, karya SMK AN Nurmaniyyah dari Bante; Indonesia A Maritime Heaven In The Equator, karya M. Yusuf Fadhillah Nasution dari Jakarta; Pinisi Bagi Negeri, karya Rusdi Karim dari Makassar, Sulawesi Selatan; Pemburu Dongeng, karya Studio Amarana, dari Banten; Transplantasi Terumbu Karang Pulau Badul, dari Banten; Mangrove Birth, karya Rohmat Kuslarsono dari Jawa Tengah; dan Nahkoda dari Ujung Barat, BP2IP Malahayati, dari Aceh. 

Kemudian untuk Festival Film Dokumenter Pelajar ada 20 film yang masuk sebagai finalis. Ke-20 film tersebut yakni Keindahan yang Dipetik karya SMAN 3 Gorontalo; Jaga Pesisirku karya MAN Batam; Pemburu Surga Kecil, karya Nurul Asyrifah dan Krisna Chandra dari Sorong Papua Barat; Pohon Api-Api, karya SMKN 3 Jepara, Jawa Tengah; Akar Sebuah Asa, SMKN 1 Brebes, Jawa Tengah; Sewa, SMAN 1 dan SMAN 6 Leihitu, Maluku Tengah, Maluku; Antopologi Kampung Warna-Warni, karya Kristian Dwi P dan Muhammad Faisal A; Demokrasi Akar Rumput, karya SMKN 1 Bayan dari Lombok Barat; Pecalang Segara, karya Elin Yulianti Mariam Wahyudi; Halo Mister, Di Sini Kita Bukan Turis, SMKN 1 Multimedia Pacitan, Jawa Timur; Ikan Asin untuk Indonesia, karya Athan Duradi; Mangure Lawik, karya SMAN 15 Medan, Sumatra Utara; Penggerak Menganti, karya Dokar Production; Pelaut Terakhir, karya SMAIT Daarul Hikmah Bontang, Kalimantan Barat; Petani Garam Terakhir, karya Madyapadma 2017; Pramuka untuk Lautku, karya SMAN 3 Masohi, dari Maluku Tengah; Surga di Puncak Mercusuar, karya SMAN 1 Sape, Bima, dari Nusa Tenggara Barat; Tanah Kelahiranku, karya Muhammad Taufik; Tarek Pukat (Surga Ikan Menawan Ujong Blang) karya Akbar Miswari; dan Tukik, karya SMKN 1 Klaten, dari Jawa Tengah. 

Film-film dalam Festival Film Pendek Kemaritiman dan Festival Film Dokumenter Pelajar bertemakan tentang budaya maritim Indonesia. Lalu ada dua tema besar, yaitu (1) Potensi Kemaritiman Indonesia, dengan subtema : Sejarah dan Dinamika Kemaritiman, Keindahan Alam Laut dan Pesisir, Keunikan Budaya dan Kehidupan Masyarakat yang Berkaitan dengan Laut dan Pesisir Indonesia), dan (2) Selamatkan Laut Indonesia, dengan subtema: Pelestarian Alam, Pemanfaatan Laut dan Lingkungannya dan Upaya Penyelamatan Laut Indonesia. 

Melalui sambutannya di Malam Anugerah Budaya Maritim 2017, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan film merupakan the extension of man atau perpanjangan pancaindra. Artinya, ketika mata tidak bisa menjangkau kedalaman dasar laut, melalui sebuah film kita dapat menikmati indahnya alam maritim yang luar biasa. Ia menambahkan, kegiatan kompetisi kreatif untuk menumbuhkan kecintaan pada budaya maritim sangat penting. Festival film juga bisa menjadi media pembelajaran bagi generasi muda dan para pelajar untuk berpikir kritis dengan menjaga nasionalisme. 

"Film sebagai media komunikasi massa mempunyai peranan penting bagi pengembangan strategi budaya, peningkatan ketahanan nasional dalam pembangunan nasional, sarana pencerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta wahana pengembangan potensi diri, dan pembinaan akhlak,” ujar Mendikbud. 

Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kemenko Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan, Festival Film Pendek Kemaritiman dan Festival Film Dokumenter Pelajar 2017 digelar untuk menghidupkan kembali nuansa maritim dan menumbuhkan kembali kecintaan masyarakat Indonesia akan budaya maritimnya yang pernah jaya di masa lalu. “Idenya adalah bagaimana masyarakat bisa terlibat dalam menghidupkan nuansa kemaritiman. media film pendek dan dokumenter dapat menjadi saluran pengingat budaya maritim kita,” ujarnya. (p/ab)