Memperkenalkan Karya Anak Bangsa Melalui Film Pendek

By Admin

nusakini.com--Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan diskusi film pendek dengan tema "Dari Ide ke Europalia: Proses Kreatif Karya Film". Diskusi film menghadirkan pembicara dari dunia perfilman yang filmnya akan diputar di Festival Seni Europalia 2017 atau Europalia Arts Festival 2017 pada Januari 2018. 

Diskusi film dihadiri oleh masyarakat umum yang sebelumnya telah mendaftar secara daring (online). Diskusi membahas proses produksi sampai pendistribusian film pendek.  

Mahesa Desaga, salah satu pembicara dalam diskusi yang memproduksi film “Nunggu Tekok“ bercerita mengenai ide awal pembuatan filmnya. “Idenya mulai ada pada tahun 2014, berdiskusi dengan teman-teman yang mengalami permasalahan atau perasaan yang sama,” ujarnya. Film “Nunggu Tekok” bercerita tentang seorang ibu yang menunggu anaknya untuk pulang di hari lebaran. Film ini diproduksi pada bulan Ramadan tahun 2015. 

Pembicara lain, Amerta Kusuma, mengatakan tujuan pembuatan film pendek tidak bisa bonding atau terikat antara satu sama lain, karena proses berkomunitas berbeda dengan proses produksi film yang mengandalkan uang. “Dengan terus memproduksi, berinteraksi dan berdiskusi satu sama lain merupakan salah satu cara untuk mempertahankan produksi film pendek,” ujarnya. Film karya Amerta yang berjudul “Saudara dalam Sejarah” juga akan diputar di Festival Seni Europalia 2017. 

Sementara Orizon Astonia, sutradara film “Pingitan, Lewat Sepertiga Malam” mengatakan, film harus bersifat terbuka dan jujur. Artinya, keterbukaan tersebut tetap disertai dengan bahasa film, bahasa visual, audio, dan lainnya. “Pedoman dalam penulisan skenario tersebut berusaha sejujur-jujurnya walaupun masih dalam bahasa film,” kata Orizon dalam diskusi "Dari Ide ke Europalia: Proses Kreatif Karya Film" di Jakarta.

Orizon menuturkan, sampai saat ini film pendek masih belum memiliki tempat khusus untuk pendistribusiannya. Pendistribusian film pendek hanya bisa menggunakan jalur festival film dan komunitas. Hal tersebut bisa menjadi etalase agar sebuah produk mampu bertemu dengan pebisnis atau stakeholder. “Europalia juga merupakan salah satu etalase untuk menayangkan karya film pendek Indonesia,” ujar Orizon.

Menurutnya, film pendek hanya berbeda dalam hal durasi jika dibandingkan dengan film panjang. Tetapi secara penceritaan, bahasa, dan babak, film pendek sama seperti film panjang. “Film itu soal rasa, bukan soal durasi,” katanya. 

Diskusi film pendek ini mendapatkan apresiasi dari para peserta yang hadir. Para peserta tampak antusias, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul. Petrus, dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ), yang menjadi peserta diskusi film mengapresiasi penyelenggaraan diskusi film. "Kementerian dan lembaga khususnya pemerintah harusnya lebih sering mengadakan acara-acara seperti ini karena ini dapat menjadi reuni dan bertukar ide," ujarnya. Menurut Petrus, potensi anak muda dalam dunia kreatif menjadi salah satu potensial market, bahwa film-film yang diproduksi anak muda Indonesia banyak yang menjadi pemenang di festival internasional.   

Indonesia menjadi Guest Country atau Negara Tamu di Festival Seni Europalia 2017. Festival Seni Europalia berlangsung selama tiga bulan, yakni pada Oktober 2017 hingga Januari 2018. Selama tiga bulan itu Indonesia menampilkan ratusan kegiana seni budaya di Belgia dan negara Eropa lainnya, salah satunya pemutaran film Indonesia di Brussels, Belgia. (p/ab)