Menag: Widyaiswara Berperan Strategis Tingkatkan Kualitas Hidup Beragama

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi keberadaan Widyaiswara (WI) yang memiliki kontribusi dalam tercapainya misi Kementerian Agama untuk meningkatkan kualitas kehidupan beragama di Indonesia. 

Pernyataan ini disampaikan Menag saat memberikan coaching tentang moderasi beragama kepada 25 widyaiswara, di Kantor Kementerian Agama, Jakarta. “Saya menyampaikan apresiasi kepada seluruh WI yang tentu memiliki kontribusi sumbangsih yang sangat besar dalam kita menjalankan misi yang mulia itu,” ujar Menag, Kamis (18/04). 

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Abdurahman Mas’ud, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Mahsusi beserta jajarannya. 

Terkait dengan penyebaran wacana moderasi beragama, Menag berharap para WI dapat memainkan perannya dengan baik. Moderasi beragama menurut Menag menjadi sesuatu yang penting, mengingat Kemenag mengemban misi yang sangat strategis di negara yang dikenal sebagai bangsa religius oleh masyarakat dunia. 

“Kita Kemenag mengemban misi yang sangat strategis. Oleh karenanya bagaimana agar kualitas pendidikan keagamaan membaik, kehidupan keagamaan bangsa ini terus membaik, dan bagaimana agar kualitas hidup antar umat beragama itu membaik, negara hadir melalui Kementerian Agama,” kata Menag.

Seluruh ASN Kemenag, mulai dari pelaksana, penyuluh, guru, hingga pejabat struktural mesti mengetahui misi yang diemban. Di sinilah para WI memiliki peran strategis. “Karena melalui widyaiswara lah, kemudian sdm kita tidak hanya mampu mengembangkan dirinya, tapi juga memperluas wawasan,” kata Menag.

Dalam sessi yang berlangsung selama kurang lebih satu jam ini, Menag menekankan beberapa hal terkait moderasi beragama. Pertama, tiap WI perlu memahami esensi dari agama dan mengapa perlu mengembangkan moderasi beragama.

Widyaiswara perlu memahami bahwa agama hadir untuk melindungi manusia itu sendiri. Semua agama ajaran intinya adalah memanusiakan manusia. “Karakter agama itu merangkul, mengayomi. Bukan memaksa. Sesuatu yang memang sudah berbeda tidak boleh dipaksa untuk menjadi sama,” papar Menag.

Kedua, sebagai umat beragama, ketika berada di tengah-tengah kemajemukan, maka harus mengedepankan sisi dalam agama. Dengan demikian maka akan lebih mudah menemukan kesamaan esensi agama.

“Jadi yang dituntut oleh Tuhan kepada kita bukan menyeragamkan perbedaan yang ada. Tapi tugas kita adalah untuk memiliki kearifan guna menyikapi keragaman yang ada,” imbuh Menag.

Menag berharap para widyaiswara yang tersebar di Pusdiklat serta 14 Balai Diklat Keagamaan di seluruh Indonesia ini dapat menjadi representasi negara guna merawat keberagamaan dalam keragaman bangsa.

Sementara itu, Kapusdiklat Teknis dan Pendidikan Keagamaan Mahsusi mengaku pihaknya telah melaksanakan Training of Trainer (TOT) kepada widyaiswara yang hadir. “25 WI yang hadir hari ini adalah mereka yang mendapat predikat excellent dari 60 WI yang mengikuti TOT. Sebelumnya kami telah memberikan TOT diklat moderasi beragama yang dilaksanakan selama 10 hari di Kampus Pusdiklat,” ujar Mahsusi.

Mahsusi menuturkan, selanjutnya materi tentang moderasi beragama akan mulai diajarkan dalam diklat-diklat bagi ASN Kemenag di seluruh Indonesia. “25 WI ini kita jadikan WI Nasional Moderasi Beragama. Mereka siap bertugas di seluruh Indonesia. Mulai dari Pusdiklat hingga 14 Balai Diklat Keagamaan yang tersebar di seluruh Indonesia,” tandasnya.